Surabaya, (Antara Jatim) - Wakil Ketua Real Estate Indonesia (REI) Jawa Timur Herry Djauhari mengatakan pola atau lokasi pembangunan perumahan bergeser dari wilayah Surabaya, Gresik dan Sidoarjo, ke kota ring II.

"Ini karena pengadaan lahan yang sulit seperti di Surabaya, Gresik, Sidoarjo, bahkan juga terjadi di Mojokerto," ucap Herry ditemui usai forum diskusi bertajuk 'Berburu Hoki Bisnis Properti' di Surabaya, Senin.
     
Herry mengatakan kota ring II yang menjadi sasaran pembangunan Rumah Sederhana Tapak (RST) atau rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tahun 2016 berada di wilayah Kediri, Pasuruan dan Jombang.
    
Selain bergeser, kata Herry, target banyaknya pembangunan RST juga turun dari 25 ribu unit pada 2015 menjadi 15 ribu unit di tahun 2016.
    
"REI Jatim menargetkan mampu membangun 15.000 RST tahun 2016. Target itu turun dari tahun 2015 yang menargetkan mampu membangun 25.000 unit RST, meski realisasi pembangunannya hanya mencapai 12.000 unit," katanya.
    
Ia mengatakan, realisasi tahun 2015 yang jauh dari target disebabkan beberapa faktor. Salah satunya adalah sulitnya pembebasan lahan.
    
Selain itu, Peraturan Daerah (Perda) yang tumpang tindih dengan program Presiden Jokowi untuk menyediakan rumah bagi MBR juga menghambat pembangunan RST.
    
"Rantai perizinan yang panjang membuat bisnis properti di beberapa daerah kurang kondusif, sebab untuk mengurus perizinan saja ada tujuh tahap izin didalamnya, ditambah terdapat 17 jenis izin yang diajukan," katanya, mengeluhkan.
    
Sehingga untuk memulai pembangunan perumahan membutuhkan waktu lama dan menguras banyak biaya, hal ini dikhawatirkan pembangunan RST untuk program sejuta rumah dari presiden tak tercapai.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016