Surabaya (Antara Jatim) - "Save Museum (Selamatkan Museum)," begitu pesan pengelola Museum Mahanandi Surabaya, Johan Yan, saat berbicara dalam "Director Dinner Club" (DDC) di Jakarta, 20 Februari 2016.

Dalam acara bertajuk "New Year, New Hope, New Generation" yang dihadiri 78 direktur dari berbagai daerah itu, ia melontarkan cara menyelamatkan museum dengan satu gagasan, yakni dana "CSR" dari korporasi/industri untuk pengembangan museum.

"Agar tak bergantung pada pemerintah, maka sangat diperlukan support dari kalangan pebisnis untuk penyelamatan benda cagar budaya di Indonesia," ucap komisaris perusahaan motivasi PT Total Quality ini.

Motivator budaya kelahiran Medan pada 7 Juli 1974 itu mengaku para pengelola museum banyak mengeluhkan panjangnya birokrasi dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendanaan museum.

"Kalau hal itu tidak diantisipasi sejak dini, maka kelak anak cucu kita bisa lupa akan sejarah dari bangsa, karena itu CSR yang selama dialirkan industri bagi pengembangan kemanusiaan setiap tahun perlu untuk cagar budaya. Ini bukan untuk museum saya tapi museum di Indonesia," tuturnya.

Penulis buku "Poor is Sin" yang meraih enam rekor MURI dalam tiga tahun berturut-turut karena memotivasi 518 direktur dan 4.073 manajer itu menyatakan tidak bosan untuk mengampanyekan "CSR untuk Museum".

"Saat bertemu direktur seperti ini (DDC 2016), kita gerakkan korporasi untuk mendukung gerakan penyelamatan benda cagar budaya. Saya bersyukur, animo dari 78 direktur yang hadir sangat besar, luar biasa," ujar alumnus Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya itu.

Penerima penghargaan gelar Pangeran Kehormatan dari Pakubuwono XIII Solo dalam bidang kebudayaan (2012) itu mengutip respons seorang budayawan yang juga Kepala Rumah Sakit Paru Jember dr Arya Sidemen yang hadir dalam acara itu.

"Saya sempat meneteskan air mata melihat nasib museum-museum di Indonesia yang terus berjuang melestarikan benda cagar budaya tapi minim dukungan dari pemerintah, karena itu saya sepakat dengan CSR untuk museum itu," kata dr Arya Sidemen yang dikutipnya.

Johan Yan yang juga dianugerahi "The Outstanding Young Persons (TOYP)" oleh Junior Chamber International (JCI) --sebuah organisasi kepemudaan Perserikatan Bangsa Bangsa-- menambahkan datangnya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) bisa menjadi bumerang bagi pelestarian benda cagar budaya.

"Karena itu, museum harus dilindungi, apalagi UU Cagar Budaya 11/2010 menyebut upaya pelestarian dan penyelamatan benda cagar budaya harus melibatkan peran aktif masyarakat, tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja," ujarnya. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016