Surabaya (Antara Jatim) - Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya mencanangkan sebagai kampus bebas tas kresek dan "styrofoam" (plastik busa) yang pertama dengan keluarnya SK Rektor Nomor 103/Kept/UKP/2016.

"Dengan SK itu, semua kedai di dalam kampus UK Petra mulai sekarang (22/2) tidak menyediakan makanan dan minuman pakai styrofoam dan tas kresek," kata Rektor UK Petra, Prof Ir Rolly Intan M.ASc Dr.Eng, di Surabaya, Senin.

Di sela pencanangan "UK Petra bebas tas kresek" yang dihadiri mahasiswa dan pejabat Kelurahan Siwalankerto di teras gedung pertemuan kampus setempat, ia menjelaskan larangan itu berlaku untuk kantin, koperasi, dan toko buku.

"Kami sudah melalukan sosialisasi kebijakan itu sejak setahun lalu, jadi kami sudah merancang gerakan sebelum pemerintah mencanangkan Hari Peduli Sampah Nasional pada tahun ini," katanya.

Apalagi, UK Petra sebelumnya juga sudah menjadi kampus bebas rokok dan memiliki rumah kompos, sehingga kebijakan bebas tas kresek akan melengkapi hingga UK Petra nantinya memiliki proses daur ulang sampah plastik.

Didampingi koordinator tim kreatif "Green Campus" UK Petra, Prof Liliany Sigit, ia mengatakan pihaknya menyediakan solusi untuk kampus bebas kresek dengan tas kain yang dapat dibeli pada toko buku yang ada di kampus.

"Jadi, siapapun yang beli makanan, minuman, atau buku di UK Petra tidak akan mendapatkan tas kresek sebagai bungkus, namun bisa membeli tas kain seharga Rp3.000 yang sudah disubsidi kampus," katanya.

Ketika ditanya sanksi untuk pelanggaran atas SK itu, ia mengatakan pengelola kantin, koperasi, dan toko di kampus akan ditegur dan bila tetap melanggar akan dicabut izin usahanya.

"Untuk siapapun yang membawa tas kresek dari luar kampus akan ditoleransi, namun nantinya akan ada 'Petra Duta Greens' yang mengingatkan. Untuk jus juga harus menggunakan penutup 'press' agar tidak mudah tumpah dan membutuhkan kresek pembungkus lagi," katanya.

Menurut dia, gerakan yang sudah disikapi dalam bentuk SK bukan sekadar menjadi UK Petra sebagai "Green Campus", namun juga menggugah kesadaran bahwa dalam styrofoam itu mengandung racun.

"Semoga apa yang kami lakukan menjadi penyemangat bagi pihak lain untuk peduli lingkungan dengan kesadaran individual yang tinggi, karena Indonesia tercatat sebagai penghasil sampah plastik nomer dua di dunia," katanya, didampingi mahasiswi "Petra Duta Greens" Devina Wijono. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016