Surabaya (Antara Jatim) - Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro dan Fakultas Psikologi
Magister Psikologi Universitas Surabaya menciptakan robot terapi autis
bernama SPARK atau "Special Autism Robot for Kids".


"SPARK dibuat guna membantu terapis meningkatkan kemampuan
komunikasi anak penyandang autis, untuk membuat suatu gerakan tertentu
dengan menggunakan smartphone," kata mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Elektro, You Natan bersama rekannya Michelle Angelia Siswanto di
Ubaya, Rabu.


Ia mengatakan, dengan adanya SPARK diharapkan dapat membantu anak
penyandang autis untuk memahami bagaimana harus menghadapi kehidupan
sosial dan situasi dengan meniru berbagai gerak, ekspresi emosi,
kebahagian ataupun kesedihan, karena anak penyandang autis dinilai
kesulitan dalam pemahanan.


"Kami membuat tugas akhir ini karena punya keinginan dapat membantu
anak penderita autis dalam meningkatkan interaksi sosial dan
komunikasi. Anak penyandang autis memiliki waktu yang sulit dalam
kemampuan sosial dengan sesama, seolah mereka menikmati dunia yang
diciptakan sendiri" ujarnya.


SPARK, lanjutnya menerapkan empat metode terapi yaitu "imitation"
atau tiruan, "joint Attention" atau perhatian bersama, "face
recognition" atau pengenalan wajah, dan "vocalization" atau vokal,
dengan mengajarkan anak gerakan mengangguk, menggeleng, makan, minum,
tidur, mengangkat tangan, melambaikan tangan, dan tepuk tangan.


"Robot ini mengajarkan anak untuk membedakan berbagai ekspresi pada
metode pengenalan wajah dengan menggunakan LCD kepala, untuk
menampilkan ekspresi tujuan seperti senang, sedih, marah, takut, jijik,
dan terkejut, sedangkan LCD badan akan menampilkan empat macam ekspresi
untuk dipilih anak," paparnya.


Pada metode vokal, tambahnya anak diajarkan mengucapkan huruf
vokal, dengan mengubah mulut berdasarkan huruf yang diucapkan. Terapis
dapat mengontrol robot untuk melakukan setiap metode dengan menggunakan
smartphone, seperti mengucapkan kata "halo".


Di sisi lain, rekannya, Michele mengatakan SPARK bisa dinikmati
untuk anak penyandang autis usia 4-9 tahun, sedangkan untuk anak normal
pun bisa menggunakannya mulai usia 2 tahun. Pengujian metode terapi pada
anak normal menunjukkan masih terdapat beberapa hal yang dapat
dikembangkan pada robot ini.


"Terapis-terapis juga memberikan respon positif terhadap
spesifikasi robot yang diterapkan dan setiap metode yang
diimplementasikan, sehingga diharapkan SPARK dapat diimplementasikan
dalam terapi anak autis di masa depan," tandasnya. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016