Pamekasan (Antara Jatim) - Pengurus Badan Koordinasi (Badko) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Jawa Timur Moh Mansur mengakui nuansa intelektual HMI kurang begitu nampak.

"Hal itu bisa dilihat dari berbagai kesempatan pertemuan penting di HMI, seperti Kongres di Riau belum lama ini. Yang nampak di sana dan kita baca bersama di media adalah kericuhan," katanya di Pamekasan, Jumat.

Dalam sambutan pada Dies Natalis HMI Ke-69 yang digelar HMI Cabang Pamekasan, ia menilai pola gerakan dan perjuangan yang dilakukan oleh sebagian kader-kader HMI memang cenderung tidak tepat arah.

Hal ini, kata dia, bisa dilihat dari berbagai kesempatan pertemuan penting di HMI, seperti pada pelaksanaan Kongres di Riau belum lama ini.

"Yang nampak disana dan kita baca bersama di berbagai media, adalah kericuhan, dan nuansa intelektual HMI kurang begitu nampak," katanya dalam acara yang dihadiri ratusan kader dan alumni HMI se-Madura itu.

Sementara itu, Presidium Korp Alumni HMI (KAHMI) Madura Dr Gazali menyatakan HMI harus bertanggung jawab dalam mewujudkan masyarakat "Madani", yakni terwjudnya masyarakat adil makmur di Indonesia yang sesuai dengan etika agama dan nilai moral bangsa.

"Ini sesuai dengan komitmen organisasi ini, sebagaimana tertuang dalam anggaran dasar HMI," katanya dalam dies natalis di aula SMK Negeri 3 Pamekasan itu.

Oleh karenanya, sambung Gazali, kader-kader HMI harus mampu melakukan sesuatu yang berguna bagi kepentingan umat dan bangsa kedepan.

Dosen Universitas Madura (Unira) Pamekasan ini menjelaskan peran keummatan dan kebangsaan HMI dalam berupaya mencapai tujuan organisasi itu perlu dilakukan secara profesional, terarah dan memperhatikan nilai etika dan moral agama.

"Karena HMI ini merupakan kelompok elit intelektual, tentunya yang harus dikedepankan adalah pendekatan intelektual," katanya.

Selama ini, kata dia, ada kecenderungan sebagian kader HMI kurang memperhatikan posisinya sebagai kelompok elit intelektual. Kasus penyampaian aspirasi di depan umum yang berakhir dengan ricuh dan bentrok, seolah dianggap sebagai cara efektif.

Padahal, sebenarnya, penyampaian aspirasi tidak harus dilakukan dengan cara kekerasan, tapi dengan pola komunikasi yang efektif, profesional dan terarah.

"Saya kurang setuju, jika penyampaian aspirasi dengan berunjuk rasa saja yang menjadi dianggap efektif, padahal cara yang lebih baik dan terarah, masih lebih banyak," katanya.

Olah karenanya, Presidium Kahmi Madura yang juga Pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Pamekasan meminta agar pola gerakan dan pola hubungan HMI kedepan harus diubah, yakni dengan memperhatikan tujuan dasar HMI sebagai tertuang dalam anggaran dasar HMI.

"Tujuannya kan sudah jelas, yakni terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridoi oleh Allah SWT," terang Gazali. (*)

Pewarta: Abd. Azis

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016