Kediri (Antara Jatim) - Sebanyak lima balita asal Kabupaten Kediri, Jawa Timur, meninggal dunia selama Januari 2016 akibat terjangkit demam berdarah dan terlambat dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan intensif. 
     
"Kondisi saat dibawa ke rumah sakit sudah terlambat, dikira hanya demam biasa, sehingga balita itu meninggal dunia," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkab Kediri Haris Setiawan di Kediri, Selasa.
     
Ia mengatakan, pada Januari 2016, jumlah penderita  akibat gigitan nyamuk "aedes aegypti"   di Kabupaten Kediri mencapai 131 orang yang mayoritas adalah anak-anak.

Jumlah itu selisih tidak besar dengan jumlah penderita pada Januari 2015 yang mencapai 199 orang.
     
Untuk korban meninggal dunia akibat demam berdarah pada 2015, kata Haris mencapai tiga pasien, dimana jumlah itu lebih sedikit ketimbang dengan pasien meninggal dunia pada 2016 yang mencapai lima pasien.
     
Kejadian demam berdarah di Kabupaten Kediri merata di seluruh kecamatan. Dari 26 kecamatan, jumlah penderita yang banyak salah satunya di Kecamatan Pare diduga di kecamatan itu padat penduduk.
     
Haris meminta orangtua sigap jika mengetahui anaknya menderita panas, dengan langsung memeriksakannya agar segera mendapat penanganan.
     
Pemerintah berupaya keras untuk menekan penyebaran penyakit itu, dengan menggalakkan berbagai program misalnya bersih lingkungan maupun 3M plus, yaitu menutup, menguras, mengubur benda-benda yang bisa menampung air.

Untuk plusnya, kolam yang bisa menampung ikan, dianjurkan agar diberi ikan, sehingga jentik nyamuk tidak bisa berkembang karena dimakan ikan.
     
"Kami efektif lakukan pencegahan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M plus, plusnya itu jika ada kolam diberi ikan, apabila banyak nyamuk pakai obat nyamuk, misalnya dengan kelambu serta pemberian abate," jelasnya.
     
Terkait dengan pengasapan atau fogging, Haris mengaku hanya bisa dilakukan di daerah yang diketahui ada warga positif terkena demam berdarah. Karena ada persyaratan demikian, pemerintah menganjurkan agar masyarakat ikut menjaga kebersihan lingkungan. 
     
Sampai saat ini di Kabupaten Kediri belum ditetapkan kejadian demam berdarah ini masuk sebagai KLB atau kejadian luar biasa. Kendati ada lima pasien meninggal dunia, untuk penetapan KLB itu terdapat syaratnya yaitu jumlah penderita dua kali dibandingkan pada bulan yang sama pada tahun lalu. 
     
"Kami terus sosialisasikan agar masyarakat ikut menjaga lingkungan. Kader jumantik (juru pemantau jentik) pun juga diturunkan, untuk membantu menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, terutama dari jentik nyamuk," kata Haris. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016