Surabaya (Antara Jatim) - Ketua DPC Indonesian National Shipowners' Association (INSA) Surabaya, Steven H Lasawengen, mengatakan bahwa aktivitas maupun pembangunan pelabuhan hanya terpusat di Pulau Jawa, padahal di luar Pulau Jawa memiliki potensi luar biasa besar.

"Sekarang pembangunan pelabuhan hanya fokus di Pulau Jawa, padahal seharusnya ada pembagian proporsional untuk menambah kinerja sektor maritim Indonesia. Bisa saja di wilayah barat, tengah, dan timur," katanya usai menghadiri seminar bisnis kepelabuhan di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi dan Manajemen Kepelabuhan (STIAMAK) Surabaya, Kamis.

Ia mengatakan 70 persen kapal Indonesia menunggu muatannya di Pulau Jawa, karena kapal-kapal di pulau lainnya hanya sedikit sekali, sehingga sebagian besar menunggu muatannya di Jawa. 

"Sebagian besar kapal pengangkut barang menunggu di Jawa, sehingga bisa dibayangkan jika harga barang di pulau Jawa dan pulau-pulau lain sangat berbeda jauh. Hal inilah yang menyebabkan disparitas harga," terangnya.

Selain terpusatnya kapal-kapal barang, lanjutnya disparitas harga yang tinggi juga disebabkan oleh buruknya infrastruktur kepelabuhanan di Indonesia. Jika dibandingkan antara infrastruktur di pulau Jawa dan di Papua akan berbeda. 

"Jika mau benar-benar mengembangkan pelabuhan, maka seharusnya mencari tempat strategis, selain di pulau Jawa misalnya Banjarmasin karena tempatnya di tengah-tengah, sehingga disana bisa dikembangkan," tuturnya.

Tidak hanya pelabuhan yang penting, ia menambahkan perbaikan infrastruktur seperti kontainer, dermaga, dan crane juga harus diperhatikan. Unsur keamanan dan keterbukaan perizinan keluar-masuk barang juga harus dimiliki setiap pelabuhan. 

"Selain itu sumber daya manusia yang menangani manajemen logistik juga harus ditambah. Perlu ada sekolah yang khusus mengembangkan sumber daya manusia, yang menangani manajemen logistik dan mereka harus bersih," jelasnya.

Di sisi lain, Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Jatim, Hengky Pratoko menambahkan bahwa kualitas pelabuhan di Indonesia masih menjadi yang terburuk, di antara negara-negara ASEAN lainnya.

"Kualitas pelabuhan Indonesia jika dirata-rata berada di peringkat 80 dunia, sehingga harus diperbaiki dari sisi sumber daya manusia, apalagi saat ini pemerintah sudah mendukung di bidang pendidikan," jelasnya. 

Ketua STIAMAK Barunawati, Iwan Sabatini menjelaskan untuk mengembangkan training manajemen bagi tenaga kerja administrasi dan manajemen kepelabuhan, pihaknya telah bekerja sama dengan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III.

"Terkait kesiapan kerja khususnya di dunia maritim, sekarang ini Stiamak juga sudah mendapatkan dukungan Pelindo III,  pertama kami sudah diberi kesempatan untuk kuliah umum selama 2 hari setiap bulan," tandasnya. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016