Malang (Antara Jatim) - Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Cengkih Indonesia (APCI) I Ketut Budiman menyatakan produksi cengkih di Tanah Air pada 2016 cukup menjanjikan dan sangat baik, sehingga kebutuhan bahan baku industri rokok akan terpenuhi.

"Produksi cengkih di Indonesia tahun ini diperkirakan mampu mencukupi kebutuhan serapan konsumsi untuk industri rokok yang berkisar antara 80 ribu sampai 90 ribu ton per tahun. Seperti kita ketahui, serapan utama produksi cengkih di Tanah Air adalah pabrik rokok, bahkan angka serapan hingga mencapai 90 persen lebih," kata Budiman dalam rilisnya yang diterima Antara di Malang, Selasa malam.

Lebih lanjut, Budiman mengatakan kualitas cengkih di Indonesia sangat bagus dan tidak banyak riwayat gagal panennya, kecuali pada tahun 2011, dimana Indonesia hanya bisa memproduksi sekitar 30 persen dari kebutuhan cengkeh nasional.

Saat itu, katanya, APCI meminta Kementerian Perdagangan untuk mengimpor cengkeh. Namun sayang, di luar negeri pun saat itu masih kekurangan pasokan, sehingga di Indonesia kekurangan. "Kami tidak ingin kejadian (kasus) seperti itu terulang lagi di masa mendatang," ujarnya.

Pada tahun ini, katanya, produksi cengkeh di Indonesia diperkirakan akan sangat baik, sehingga kebutuhan industri rokok akan terpenuhi tanpa harus impor. Hanya saja, sampai saat ini industri rokok masih mengandalkan cengkeh-cengkeh kualitas tinggi dari Jawa, Bali, Aceh, Sulawesi, dan Maluku.

Sementara itu, salah seorang petani cengkeh dari Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali, Made Wardana, mengatakan panen cengkeh di wilayah Buleleng termasuk bagus. Curah hujan di wilayah itu cukup besar, sehingga panen di tahun 2016 tak akan terkendala.

Made juga meyakini jumlah panen pada tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, yakni sekitar 2 ton per tahun. "Cengkeh tahun ini sama seperti tahun sebelumnya, agak kecil-kecil ukurannya, namun tak mengganggu jumlah target produksi. Dan, itu  masih wajar," katanya.

Staf dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Buleleng, Bali I Gusti Agung Made Adyana, menambahkan saat ini ada 7.000 hektare lahan cengkeh di Buleleng dengan populasi 80 – 100 pohon yang rata-rata usianya di atas 15 tahun.

Buleleng dikenal dengan panen rayanya setiap 3-4 tahun sekali dan dicatat sebagai produksi cengkeh paling tinggi. "Kami berkomitmen untuk menjaga produksi cengkeh dengan cara memberikan pelatihan dan berbagai informasi mengenai cengkeh kepada para petani," kata I Gusati Agung Made Adyana.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016