Surabaya (Antara Jatim) - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) menggelar aksi DOSA (Do Solidarity and Action) untuk memperingati Hari HAM Internasional 10 Desember di halaman rektorat kampus setempat, Kamis.

Dalam aksi teatrikal itu, mahasiswa Fakultas Hukum UMS membuat miniatur makam mirip pusara sebenarnya dengan gundukan tanah merah, taburan bunga dan batu nisan.

Pada batu nisan bertuliskan kasus-kasus pelanggaran HAM di dalam maupun luar negeri, di antaranya Tanjung Priok (1984), Marsinah (1995), Penculikan Aktivis (1998), dan pembunuhan Munir (2004).

Selanjutnya, Trisakti (1998), PKI (1965-1970), Petrus (1982-1985), Pra DOM (1976-1989), Operasi Seroja (1995-1999), Ambon (1999), Poso (1999-2002), Palestina 1948), hingga Rohingnya (2012).

Tidak hanya itu, sejumlah payung hitam pun diletakkan di sekitar pusara untuk menguatkan suasana duka, lalu seorang mahasiswi berpayung hitam mendatangi satu demi satu pusara yang ada.

"Masih banyak kasus pelanggaran HAM yang belum dituntaskan pemerintah. Melalui peringatan Hari HAM Internasional ini, kami menggali kembali kasus-kasus HAM yang belum tuntas. Kami ingatkan pemerintah," kata Taufiqurrohim, mahasiswa semester 3 FH UMS.

Di sela aksi itu, ia mengatakan Pemerintah Indonesia hingga kepemimpinan Presiden Joko Widodo sekarang belum mampu menuntaskan setumpuk kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).

"Bahkan, di masa pemerintahan Joko Widodo muncul kasus HAM baru, yakni terbunuhnya aktivis lingkungan Salim Kancil yang menentang penambangan pasir di Lumajang," katanya.

Sementara itu, dosen pengampu mata kuliah Hukum Internasional FH UMS Satria Unggul mengapresiasi aksi mahasiswanya.

"Janji pemerintahan Joko Widodo menuntaskan kasus-kasus HAM. Faktanya hingga sekarang belum ada tanda-tanda ke arah sana. Bahkan justru pecah kasus panggaran HAM baru," katanya. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Akhmad Munir


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015