Surabaya (Antara Jatim) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj memperkenalkan Islam Nusantara ke ratusan mahasiswa melalui kuliah umum dan diskusi di Universitas Surabaya, Jumat.

"Islam Nusantara itu jati diri kita, yaitu jati diri sebagai orang Indonesia yang agama Islamnya jauh berbeda dengan Islam di Timur Tengah atau Arab," ujarnya.

Menurut dia, Islam di Timur Tengah sangat rentan perang jika ada konflik dan imbasnya meluas, bahkan di seluruh pelosok negeri.

Ia memisalkan di Iraq, Syuriah, maupun Somalia yang terus mengalami konflik akibat perbedaan sesama saudara hingga serasa sangat mudah terjadi pertumpahan darah.

"Berbeda dengan di Indonesia. Kalau di sini, setiap ada konflik, langsung bisa diminimalisasi dan dilokalisasi agar tidak sampai menyebar ke daerah-daerah lain, antara lain di Jember dan Sampang yang efek konfliknya tak menyebar se-Indonesia," ucap guru besar Tasawuf Filsafat tersebut.

Lulusan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta itu juga menegaskan bahwa tak ada satupun santri Nahdlatul Ulama yang terlibat radikalisme dan terorisme, baik di dalam maupun luar negeri.

"Dari total empat juta santri NU se-Tanah Air, tak ada seorang pun santri NU. Kami berharap semoga tak muncul lagi teroris-teroris asal Indonesia dan membuat malu Islam dan bangsa kita," katanya.

Islam Nusantara, kata dia, yang paling utama bukan soal definisi, tapi laku keislaman di kepulauan nusantara yang usianya panjang dan kaya tradisi.

Sementara itu, Rektor Universitas Surabaya  Prof. Ir. Joniarto Parung, M.M.B.A.T., Ph.D mengatakan kuliah umum yang disampaikan Ketua Umum PBNU ini sebagai bentuk upaya memberikan wawasan, sekaligus mencapai misi dan menyiapkan mahasiswa yang bercendekiawan.

"Untuk meraih hal tersebut, tentu harus dimulai dari moral dan kearifan lokal, yang salah satunya melalui pemahaman Islam Nusantara," katanya. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015