Surabaya (Antara Jatim) - Calon Wakil Wali Kota Surabaya Lucy Kurniasari menggagas program Ibu Luar Biasa yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan, khususnya ibu-ibu yang selama ini tidak memiliki kesibukan sehingga bisa meningkatkan ekonomi keluarga.

"Program ini berkeiginan agar ibu rumah tangga, perempuan janda, dan perempuan miskin bisa mendapatkan penghasilan yang cukup. Mereka bisa berpenghasilan sendiri tanpa repot-repot mencari kerja. Ibu-ibu ini juga bisa membantu penghasilan suami," kata Lucy saat memberikan pelatihan membuat kue kepada ibu-ibu di RT III Rungkut Kidul, Surabaya, Senin.

Lucy yang maju pada Pilkada Surabaya 2015 mendampingi Calon Wali Kota Rasiyo menginginkan Surabaya memiliki sentra kue pia melalui program 1.000 rumah kreatif.

Sehingga, lanjut dia, para wisatawan tidak kerepotan mencari oleh-oleh saat sedang di Kota Pahlawan. "Kita ingin ada sentra pia di Surabaya, ini satu contoh, nanti akan ada banyak rumah krearif untuk memberdayakan perempuan," katanya.

Mantan Ning Surabaya 1986 ini menegaskan untuk mewujudkan rumah kreatif itu, dirinya akan memberikan pelatihan secara intens, salah satunya seperti yang diadakan di Rungkut Kidul. Ning Lucy mendatangkan chef pia terkenal dari Bali, Stenly Lumi.

Mendatangkan mentor lansung, lanjut cawawali yang diusung PAN dan Demokrat, supaya bisa mengajari ibu-ibu secara profesional, mulai dari membuat produk, mengemas, dan memasarkan. Dari hasil tutorial itu diketahui, penjualan produk yang paling penting adalah pengemasan hasil produksi.

Dia mengaku selama ini sudah belanja masalah dengan turun ke kampung-kampung yang tidak tersentuh pembangunan Pemkot Surabaya. Sehingga pengembangan 1.000 rumah kreatif sesuai dengan kebutuhan masing-masing kampung.

"Kita belanja masalah karena masih ada kesenjangan wilayah. Daerah ini maunya apa, semisal di balas klumprik ada rumah kreatif yang mengajari menggambar, jadi ini kita bantu dengan mendatangkan mentor," ujarnya.

Chef Pia Stenly Lumi mengatakan mayoritas ibu-ibu tidak tahu bahan dasar membuat kue. Mereka tidak bisa membedakan antara margarin dan mentega. Selama ini, ketika membuat kue takarannya menggunakan sendok, dan gelas, tidak pernah memakai timbangan.

"Mereka hanya tahu sebagian saja. Mengajari enterpereneur kepada mereka harus dari dasar," ujarnya. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015