Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengaku bangga dua tokoh asal Jawa Timur, yakni Almarhum Mas Isman dan Almarhum Komjen (Pol) Dr H Moehammad Jasin mendapat gelar Pahlawan Nasional dari Presiden RI Joko Widodo.

"Keduanya berasal dari Jatim dan masyarakat tentu bangga dengan digelarinya Pahlawan Nasional," ujar Kepala Dinas Sosial Jawa Timur Sukesi kepada wartawan di Surabaya, Jumat.

Gelar Pahlawan Nasional untuk keduanya diberikan melalui Keputusan Presiden Nomor 116/TK/ tahun 2015 tertanggal 4 November 2015.

Penghargaan Pahlawan Nasional untuk Mas Isman diterima oleh anaknya, Hayono Isman, sedangkan penghargaan bagi Komjen (Pol) Dr H Moehammad Jasin diterima oleh istrinya, Rubyanti Jasin.

Selain dua tokoh asal Jatim, Presiden RI juga memberi gelar kepada tiga tokoh lainnya yang dinilai sangat berjasa membela dan mempertahankan bangsa Indonesia pada masa silam.

Mereka yakni Bernard Wilhelm Lapian (tokoh asal Provinsi Sulawesi Utara), I Gusti Ngurah Made Agung (tokoh asal Provinsi Bali), dan Ki Bagus Hadikusumo (tokoh asal Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta).

Sedangkan pada 2014, kata dia, terdapat tiga tokoh asal Jatim yang juga ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, yakni pendiri organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Ulama (NU) KH Abdul Wahab Hasbullah, Mayjen  (Purn) HR Muhammad, dan Sukarni Mangoendiprojo.

Almarhum Mas Isman diketahui sebagai pendiri Kosgoro, yang merupakan salah satu pendiri Partai Golkar.

Tokoh asal Malang Raya ini membentuk organisasi pelajar bersenjata pada 30 Agustus 1945 dengan dasar pemikiran bahwa pelajar harus berjuang mengangkat senjata melawan penjajah.

Berikutnya, Almarhum Komjen (Pol) Dr H Moehammad Jasin merupakan tokoh dari kalangan polisi, yang membentuk satuan Brigadir Mobil (Brimob) sebagai satuan elit dan tertua di Kepolisian RI.

Pada saat Proklamasi dikumandangkan, Jasin telah melepas keterikatan Polisi Istimewa dengan Jepang, dan mengubah status dari kolonial menjadi Polisi Negara Merdeka.

Saat pertempuran Surabaya meletus, Jasin mengumumkan lewat radio bahwa pasukan Polisi Istimewa yang dipimpinnya sudah dimiliterisasi dan diharuskan ikut dalam pertempuran.

Ketika Belanda melakukan Agresi kedua, Jasin memimpin pasukannya bergerilya hingga wilayah Gunung Wilis, sekaligus menjadi Komandan Militer Sektor Timur Madiun. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015