Sumenep (Antara Jatim) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumenep mencatat angka inflasi pada Oktober 2015 di daerah itu sebesar 0,15 persen yang berarti tertinggi di Jawa Timur.

"Ada delapan daerah di Jawa Timur yang menjadi lokasi survei indeks harga konsumen, dan Sumenep mengalami inflasi tertinggi dibanding tujuh daerah lainnya," kata Kepala BPS Sumenep, Suparno di Sumenep, Rabu.

Ia menjelaskan, empat dari delapan daerah di Jawa Timur mengalami deflasi pada Oktober 2015, yakni Jember sebesar 0,05 persen, Banyuwangi sebesar 0,25 persen, Kediri sebesar 0,04 persen, dan Surabaya sebesar 0,34 persen.

Sementara empat daerah lainnya mengalami inflasi, yakni Sumenep sebesar 0,15 persen, Malang sebesar 0,03 persen, Probolinggo sebesar 0,02 persen, dan Madiun sebesar 0,10 persen.

"Pada Oktober 2015, Jawa Timur mengalami deflasi sebesar 0,19 persen dan di tingkat Nasional pun deflasi sebesar 0,08 persen," ujarnya.

Di Sumenep, kata dia, enam dari tujuh kelompok pengeluaran mengalami inflasi, yakni kelompok bahan makanan; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, masing-masing sebesar 0,11 persen.

Tiga kelompok pengeluaran lainnya yang mengalami inflasi adalah kelompok sandang sebesar 0,01 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,01 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,99 persen.

"Sementara kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi, yakni sebesar 0,03 persen," ujarnya.

Suparno menjelaskan, komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi pada Oktober 2015 di Sumenep, di antaranya daging sapi, beras, telur ayam ras, kelapa, dan bawang merah.

"Sementara komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi, di antaranya cabai rawit, cabai merah, daging ayam kampung, dan daging ayam ras," katanya. (*)

Pewarta: Slamet Hidayat

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015