Surabaya (Antara Jatim) - Pelajar SMP di Surabaya mendukung pelestarian jenis hewan di Indonesia melalui sebuah buku ensiklopedia hewan dunia "My World of Animals", sebagai upaya nyata mengajak masyarakat menjaga dan menyelamatkan kelestarian hewan yang terancam punah.

"Buku ini membahas beberapa hewan yang menarik perhatian di dunia. Ketertarikan itulah yang membuat saya mencari tahu lebih banyak hewan agar pembaca bisa tergerak hatinya untuk ikut melestarikan hewan yang ada di Indonesia," kata penulis buku Alen Nolan Tanoyo di Surabaya, Jumat.

Ia mengatakan, berbagai perubahan lingkungan dan perilaku manusia menyebabkan keberadaan hewan semakin hari semakin berkurang, sehingga menyebabkan hewan tersebut masuk dalam kategori langka karena sulit untuk ditemukan di populasinya, seperti gajah, komodo, orangutan Kalimantan, dan lainnya.

"Sebenarnya pelestarian hewan bukan semata-mata tugas dan tanggung jawab pemerintah semata, namun pelestarian hewan merupakan tanggung jawab semua pihak, baik dari lembaga, organisasi, instansi, komunitas peduli pelestarian hewan maupun masyarakat yang seharusnya sadar akan pentingnya keberadaan hewan," tuturnya.

Menurut dia, banyak orang yang masih tidak peduli dengan keberadaan hewan, meskipun manusia terkadang juga tidak berbeda dari pada hewan karena baik manusia maupun hewan merupakan makhluk hidup yang sama-sama hidup di bumi ataupun terkadang juga bisa dilihat dari tingkah laku manusia yang mirip dengan hewan.

"Buku yang memiliki 129 halaman ini rencananya akan dibuat dalam beberapa seri, sebab membahas hewan tidak akan ada habisnya. Buku ini terbagi menjadi 14 sub atau dalam istilah saya 14 zona yang sudah saya jelaskan tentang keberadaan hewan di setiap masing-masing tempat, seperti Zona 1 di Indonesia terdapat penjelasan orangutan Kalimantan, Ular sanca kembang, dan komodo," paparnya.

Data dari World Wildlife Fund (WWF), lanjutnya menyebutkan bahwa saat ini di Sumatera terdapat kurang dari 2.800 gajah, berkurang 80 persen selama 25 tahun terakhir.  Penyebab utama berkurangnya jumlah populasi gajah adalah semakin berkurangnya habitat mereka di Sumatera. 

"Area hutan dibabat untuk kebutuhan pertanian, seperti industri pulp dan kertas serta perkebunan kelapa sawit, apabila dibiarkan, para ahli memperkirakan bahwa gajah akan punah dalam waktu tidak kurang dari 30 tahun lagi, padahal hewan gajah dinilai beberapa ahli sebagai hewan yang sangat cerdas," ujarnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, Gajah adalah mamalia yang jauh lebih bijaksana daripada yang terlihat dalam sirkus populer mereka serta gajah bisa mengingat pelatih atau penjaga yang menganiaya mereka, bahkan setelah beberapa tahun berpisah, sehingga tidak heran jika serangan gajah sedemikian pula, dipercaya karena gajah mengecam populasi manusia yang tumbuh dan mengambil alih wilayah mereka, dan memaksa mereka terpisah dari beberapa unit keluarga dekat mereka.

Di sisi lain, Konsultan dan Psikolog Pusat Pengembangan Keberbakatan Fakultas Psikologi Univesitas Surabaya (Ubaya), Evy Tjahjono mengatakan, buku ensiklopedia tersebut menggelitik hasrat untuk mengetahui kehidupan satwa lebih mendalam, tentang fakta unik satwa yang dijelaskan secara rinci dengan bahasa yang mudah dimengerti.(*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015