Trenggalek (Antara Jatim) - Kepolisian Sektor Dongko, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur memodifikasi mobil patroli jenis pikap menjadi unit mobil tangki untuk digunakan sebagai sarana penyaluran air bersih ke sejumlah permukiman di daerah itu yang dilanda kekeringan.

Antara di Trenggalek, Senin, melaporkan proses distribusi air bersih dilakukan polisi menggunakan sebuah mobil patroli jenis pikap yang telah dilepas setelan tempat duduk terbuka dan menggantinya dengan tangki air berukuran 1.000 liter.

Sementara di bagian bodi kap depan dan samping masih tertempel stiker berisi tulisan "POLISI" serta "POLSEK DONGKO".

"Tindakan darurat semata kami lakukan demi membantu masyarakat di wilayah Dongko yang sebagian mengalami kesulitan air bersih akibat kemarau panjang," ujar Kapolsek Dongko, AKP Tri Basuki di Trenggalek.

Salah satu kawasan permukiman terdampak kekeringan parah yang menjadi sasaran penyaluran air bersih antara lain adalah Desa Pandean.

Di desa ini, kata Tri Basuki, ada ratusan KK yang selama beberapa bulan terakhir kesulitan mendapat air bersih karena harus menempuh jalan setapak sekitar lima kilometer dengan jalan kaki.

Itupun saat sampai di sumber air yang dituju, warga harus mengantre hingga berjam-jam karena banyak yang membutuhkan air bersih di lokasi yang sama.

"Keterlibatan Polri dalam kegiatan sosial penyaluran air bersih juga bagian dari upaya menjaga kamtibmas. Lebih dari itu, aksi ini ditujukan membantu kesulitan yang dialami masyarakat," ujarnya.

Tri Basuki menegaskan, modifikasi mobil patroli untuk sarana penyaluran bersih tidak mengganggu aktivitas pelayanan masyarakat lain, khususnya dalam hal pengawasan keamanan serta perlindungan masyarakat.

"Patroli rutin tetap kami lakukan, baik dengan media layanan air bersih ini maupun secara reguler menggunakan kendaraan (patroli) yang sama setelah semua perlengkapannya dikembalikan seperti semula," ujarnya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Trenggalek melaporkan, bencana kekeringan di daerah itu terus meluas.

Jika pada periode Juni-September 2015 teridentifikasi sebanyak 40-an desa mengalami kekeringan, kini jumlahnya bertambah menjadi 47 desa yang tersebar di 13 kecamatan.

Menurut Kepala BPBD Trenggalek, Joko Rusianto, rentang waktu musim kering tahun ini memang sangat panjang sehingga krisis air terus bertambah.

Menurut Joko, risiko itu terbuka karena jumlah desa yang mengalami kelangkaan air atau potensi kekeringan lebih banyak dari desa-desa yang telah dinyatakan kering kritis.

Apalagi, lanjut dia, berdasar surat edaran Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), potensi kemarau masih akan terjadi hingga November-Desember.

"Dalam rentang waktu yang masih panjang itu, potensi kekeringan bisa terus bertambah. Ini data jumlah desa yang kekeringan terus berubah," ujarnya.

Tujuh desa yang masuk daftar baru wilayah kekeringan terdeteksi di Desa Pandean Kecamatan Dongko, Desa Suruh Kecamatan Suruh, Desa Prambon Kecamatan Tugu, Desa Gemaharjo Kecamatan Watulimo, Desa Ngentrong Kecamatan Karangan, Desa Sengon Kecamatan Bendungan, serta Desa Ngadirenggo Kecamatan Pogalan.

"Dari 14 kecamatan di Trenggalek, hanya satu yang tidak terdampak kekeringan, yaitu Kecamatan Gandusari. Kalau daerah ini sampai kekeringan, mungkin yang lain akan lebih parah," kata Kasi Kedaruratan BPBD Trenggalek, Budiharto. (*)




Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015