Tulungagung (Antara Jatim) - Aliansi santri peduli lingkungan bersama sejumlah aktivis penggiat HAM di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur menggelar malam renungan bersama untuk mendoakan petani Lumajang yang ditemukan tewas akibat tindak penganiayaan oknum-oknum mafia tambang pasir.
    
"Kegiatan malam renungan kami gelar tadi (Jumat, 2/10) malam sebagai bentuk solidaritas dukungan atas apa yang menjadi perjuangan almarhum Salim Kancil," kata Koordinator Aliansi Santri Peduli Lingkungan Tulungagung, Muhamad Ichwan di Tulungagung, Sabtu.
    
Aksi yang juga melibatkan sejumlah aktivis penggiat demokrasi, HAM serta kelompok studi budaya itu digelar di pelataran perpustakaan daerah yang berada persis di timur alun-alun Tulungagung.
    
Prosesi malam renungan dimulai dengan menggelar shalat gaib bersama untuk almarhum Salim Kancil yang diduga menjadi korban penganiayaan warga desanya sendiri yang menjadi sekutu mafia tambang pasir besi.
    
Kegiatan dilanjutkan dengan melakukan doa bersama dan orasi singkat yang menolak mafia pertambangan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan.
    
"Tidak hanya di Lumajang, tetapi juga di daerah-daerah lain di Indonesia, termasuk Tulungagung," seru Ichwan dalam orasi singkatnya.
    
Sejumlah poster berisi dukungan untuk almarhum Salim Kancil serta kecaman tindakan premanisme yang diduga dibekingi mafia pertambangan juga menghiasi seputaran arena kegiatan malam renungan yang berlangsung mulai pukul 19.30 WIB hingga 21.00 WIB tersebut.
    
Kegiatan malam renungan kemudian diakhiri dengan diskusi bersama dengan tema gerakan penyelamatan lingkungan serta kajian konflik pertambangan daerah yang dianggap menjadi ancaman nyata di wilayah Tulungagung.
    
"Jangan sampai terjadi (kasus korban) Salim-salim yang lain, termasuk di Tulungagung yang memiliki potensi pertambangan besar," ujar Ichwan.
    
Seruan yang sama disuarakan aktivis Migrant Care, Widi Hariyadi yang menyebut, gerakan mafia pertambangan sudah menyebar di semua daerah, termasuk di Tulungagung.
    
Ia secara khusus menyoroti banyaknya kegiatan pertambangan batu marmer yang tidak memperhatikan analisa dampak lingkungan atau Amdal, pertambangan pasir besi di Pantai Dlodo, hingga pertambangan-pertambangan lain di kawasan hijau, termasuk area perhutani yang menurutnya sangat berisiko merusak lingkungan.
    
"Kami menuntut adanya transparansi soal perizinan kegiatan pertambangan, produksi pertambangan serta komitmen reklamasi setiap pelaku usaha pertambangan. Jika tidak, lingkungan bisa rusak dan ujung-ujungnya yang dirugikan adalah masyarakat sekitar," tegasnya.
    
Kegiatan malam renungan untuk petani sekaligus aktivis penolak tambang Salim Said itu kemudian ditutup dengan pembacaan deklarasi bersama menolak segala bentuk mafia pertambangan di Tulungagung.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015