Tulungagung (Antara Jatim) - Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mengisyaratkan potensi gagal panen di daerah tersebut meningkat seiring kemarau panjang disertai badai el nino yang menyebabkan sungai-sungai mengering dan pasokan air bawah tanah menyusut drastis.
    
"Dampak kekeringan saat ini sudah cukup besar. Indikasinya ratusan hektare sawah gagal panen," ujar Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortukultura Kabupaten Tulungagung, Suprapti di Tulungagung, Sabtu.
    
Ia mengatakan, kemarau yang belum kunjung berakhir membuat ribuan hektare area persawahan mengalami kekeringan.
    
Berdasar data yang dimiliki dinas pertanian setempat, tercatat ada 1.685 hektare sawah yang mengalami kekeringan.
    
Dari jumlah itu, lanjut Suprapti, sekitar 263,5 hektare tanaman padi petani telah mengalami puso atau gagal panen.
    
"Jika hujan belum turun, tak menutup kemungkinan kekeringan bakal terus meluas," ujarnya.
    
Gatot menambahkan, wilayah yang paling banyak terkena dampak kekeringan yakni Kecamatan Pakel.
    
Di daerah ini, kata dia, sebanyak 19 desa mengalami kekeringan. Lokasi lain yang juga mengalami kekeringan parah adalah Kecamatan Bandung, Besuki, Karangrejo, Campurdarat, dan Kalidawir.
    
"Total ada enam Kecamatan, paling banyak di Kecamatan Pakel seluas 958 hektare," paparnya.
    
Terkait sawah yang puso, Suprapti memastikan pemerintah akan menyalurkan kompensasi dalam bentuk bantuan benih.
    
"Kami bantu benih padi untuk musim tanam nanti 25 kilogram per hektare. Bantuan lain untuk wilayah yang kekeringan yakni pompa air," ujarnya.
    
Di kalangan petani, bencana kekeringan sudah mulai dirasakan sejak Juli lalu.
    
Kekeringan ditandai dnegan sumber air di sumur dan saluran irigasi yang mengering.
    
Petani hanya mengandalkan sia air tanah di sawah yang masih bisa diserap padi.
    
"Memang sudah sulit air. Kondisi itu semakin parah karena saat ini belum turun hujan. Kemarau belum ada tanda-tanda segera berakhir," keluh Wagito, petani Desa Sukowidodo, Kecamatan Karangrejo.
    
Sementara di Desa Pakel, Kecamatan Pakel, sebagian petani mulai beralih menanam biji-bijian, salah satunya berupa jagung dan kedelai.
    
Petani lainnya memilih tembakau untuk ditanaman di sawahnya. "Sudah siklus, kalau kemarau ganti jagung. Ada juga sekarang ini tembakau yang dianggap lebih menguntungkan," ujar Sakidi, petani lain di desa yang sama. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015