Kediri (Antara Jatim) - Petugas Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kediri, Jawa Timur, mengaku terkendala dengan medan yang sulit guna memadamkan api yang sampai saat ini masih berkobar di areal Gunung Wilis.
"Sampai sekarang api belum padam. Medannya harus jalan kaki, dari posko sekitar empat jam," kata Wakil Administratur Kediri Utara Perum Perhutani KPH Kediri Nuradin Eko Saputro di Kediri, Kamis.
Ia mengatakan petugas juga terus dikerahkan bergantian guna memadamkan api di kawasan hutan lindung tersebut. Petugas berangkat pagi dan baru pulang turun sore hari dan bergantian menuju kawasan hutan tersebut.
Setiap hari, kata dia, ada puluhan anggota yang diturunkan untuk membantu memadamkan api. Selain itu, mereka juga mendapatkan bantuan dari warga, sebagai relawan untuk memadamkan api tersebut.
Ia juga mengatakan, luas hutan yang terbakar sampai 32,3 hektare, yang merupakan bekas kebakaran pada 2012. Luas itu terus bertambah jika dibandingkan dengan luas yang terbakar dua hari lalu, yang diprediksi 19,5 hektare. Sementara itu, lokasi terbakar juga merembet sampai ke luar kawasan Perhutani Kediri.
"Kebakaran sudah merembet. Kawasan Nganjuk sudah sekitar 2,3 hektare," katanya.
Saat disinggung tentang penyebab, ia mengatakan sampai sekarang masih mendalami. Terdapat beberapa prediksi penyebab kebakaran itu seperti tidak sengaja membuang putung rokok, ataupun abu bekas mencari madu hutan.
Ia juga mengatakan, api memang cepat merambat, sebab di hutan banyak alang-alang. Kondisi alang-alang yang sangat kering memudahkan api juga merembet.
Nuradin mengatakan, petugas terus berupaya memadamkan api dengan membuat sekat. Berbagai alang-alang akan dibersihkan, sehingga memutus api dan diharapkan api bisa padam.
Tentang kerugian, Nuradin mengatakan sampai saat ini masih melakukan penghitungan. Di lokasi terbakar, banyak tanaman yang masih muda, sebab lokasi itu juga baru terbakar.
Namun, nantinya Perhutani juga sudah menyiapkan upaya reboisasi, dengan menyiapkan berbagai macam bibit tanaman. Nantinya, setelah api padam dan kondisi sudah stabil, serta hujan turun, secepatnya akan disebar berbagai biji tanaman. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Sampai sekarang api belum padam. Medannya harus jalan kaki, dari posko sekitar empat jam," kata Wakil Administratur Kediri Utara Perum Perhutani KPH Kediri Nuradin Eko Saputro di Kediri, Kamis.
Ia mengatakan petugas juga terus dikerahkan bergantian guna memadamkan api di kawasan hutan lindung tersebut. Petugas berangkat pagi dan baru pulang turun sore hari dan bergantian menuju kawasan hutan tersebut.
Setiap hari, kata dia, ada puluhan anggota yang diturunkan untuk membantu memadamkan api. Selain itu, mereka juga mendapatkan bantuan dari warga, sebagai relawan untuk memadamkan api tersebut.
Ia juga mengatakan, luas hutan yang terbakar sampai 32,3 hektare, yang merupakan bekas kebakaran pada 2012. Luas itu terus bertambah jika dibandingkan dengan luas yang terbakar dua hari lalu, yang diprediksi 19,5 hektare. Sementara itu, lokasi terbakar juga merembet sampai ke luar kawasan Perhutani Kediri.
"Kebakaran sudah merembet. Kawasan Nganjuk sudah sekitar 2,3 hektare," katanya.
Saat disinggung tentang penyebab, ia mengatakan sampai sekarang masih mendalami. Terdapat beberapa prediksi penyebab kebakaran itu seperti tidak sengaja membuang putung rokok, ataupun abu bekas mencari madu hutan.
Ia juga mengatakan, api memang cepat merambat, sebab di hutan banyak alang-alang. Kondisi alang-alang yang sangat kering memudahkan api juga merembet.
Nuradin mengatakan, petugas terus berupaya memadamkan api dengan membuat sekat. Berbagai alang-alang akan dibersihkan, sehingga memutus api dan diharapkan api bisa padam.
Tentang kerugian, Nuradin mengatakan sampai saat ini masih melakukan penghitungan. Di lokasi terbakar, banyak tanaman yang masih muda, sebab lokasi itu juga baru terbakar.
Namun, nantinya Perhutani juga sudah menyiapkan upaya reboisasi, dengan menyiapkan berbagai macam bibit tanaman. Nantinya, setelah api padam dan kondisi sudah stabil, serta hujan turun, secepatnya akan disebar berbagai biji tanaman. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015