Baginya, seorang Muslim yang bisa melaksanakan ibafah haji adalah bentuk kesempurnaan. Seperti halnya menyantap makanan empat sehat lima sempurna. Bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT merupakan panggilan hati dan jodoh.

     "Seperti kata orang tua dulu, kalau belum ada panggilan hati, belum tentu orang tersebut bisa melaksanakan ibadah haji. Meskipun, seorang Muslim tersebut bisa dikatakan mampu secara materi," tutur Supervisor Critical Care RS Husada Utama Surabaya, Lailah Fitriah, SKep.Ns.

     Bahkan, banyak pula yang secara materi bisa dikatakan kurang, namun memiliki kesempatan untuk menunaikan ibadah haji.

     "Itulah rahasia Allah SWT untuk hambanya yang memiliki niatan dan mendapatkan jodoh untuk melaksanakan ibadah haji," ucapnya.

     Saat ini, banyak yang harus disoroti terkait haji, dimana satu orang bisa melaksanakan haji sampai berkali-kali. Di sisi lain, banyak di antara warga masyarakat yang harus menunggu sampai belasan hingga puluhan tahun untuk bisa melaksanakan ibadah haji tersebut.

     Oleh karena itu, upaya mengubah mental seseorang yang "ketagihan" ibadah haji sangat diperlukan dengan berbagi kepada masyarakat lain yang belum mendapatkan kesempatan tersebut.

     "Dan yang perlu dilakukan saat ini adalah meneladani dari asal mula haji itu dilakukan, yakni untuk mengenang ketaatan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail kepada Sang Maha Pencipta, diantaranya berkurban," tegasnya.

     Dalam pandangannya, keuntungan lain dari berkurban itu juga banyak terkait limpahan nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya yang Muslim, termasuk juga nikmat sehat yang sudah diberikan.

     "Semuanya adalah merupakan salah satu bentuk kecil nikmat Allah SWT atas umatnya dari berbagai nikmat ALlah SWT yang tidak akan mungkin bisa dihitung," timpalnya. (*)

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015