Banyuwangi (Antara Jatim) - Taman Nasional (TN) Alas Purwo dan Gunung Ijen di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, akan diusulkan sebagai nomine cagar biosfer dunia oleh pemerintah Indonesia.
"Kami meminta rekomendasi Pemkab Banyuwangi untuk mendukung Taman Nasional Alas Purwo dan Gunung Ijen diusulkan sebagai nomine cagar biosfer dunia," kata Direktur Eksekutif Komite Nasional Program MAB-UNESCO Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Y. Purwanto sebagaimana dikutip Humas Pemkab Banyuwangi yang diterima Antara di Banyuwangi, Kamis.
Ia mengatakan, cagar biosfer (biosphere reserves) merupakan situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerja sama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme – United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan.
Menurut dia, Salah satu syarat sebuah situs bisa dijadikan nomine adalah rekomendasi dari pemangku kepentingan terkait, termasuk pemerintah daerah di mana situs tersebut berada.
Purwanto menjelaskan, pemerintah Indonesia melalui rekomendasi dari Kementerian Kehutanan dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah memilih sejumlah situs untuk menjadi nomine cagar biosfer, di antaranya TN Alas Purwo, Gunung Ijen, TN Meru Betiri, dan TN Baluran.
"Keempat lokasi ini akan diusulkan sebagai satu kesatuan cagar biosfer yang akan dinamakan Cagar Biosfer Blambangan. Meski dijadikan satu, nantinya tidak akan ada perubahan status atas pengelolaan cagar tersebut," katanya.
Menurut dia, tidak akan ada konsekuensi terhadap status pengelolaan atau kepemilikan karena semuanya tetap seperti semula. "Dengan menjadi cagar biosfer hanya pola pikir kita yang akan berubah dalam mengelola cagar tersebut," ujar Purwanto.
Tujuan cagar biosfer, kata Purwanto, adalah menggabungkan pelestarian keanekaragaman hayati dengan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan.
Dalam cagar biosfer tiap-tiap tempat akan diberi zonasi yang terdiri atas area inti atau kawasan konservasi dengan luas yang memadai, zona penyangga atau wilayah yang mengelilingi atau berdampingan dengan area inti, serta area transisi atau wilayah terluar dan terluas yang mengelilingi atau berdampingan dengan zona penyangga.
"Area inti merupakan area konservasi yang tidak boleh diutak-atik dan ada di bawah perlindungan hukum, sedangkan zona penyangga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yang mendukung konservasi. Sementara area transisi menjadi wilayah untuk kegiatan-kegiatan pengelolaan sumber daya alam secara lestari dan model-model pembangunan berkelanjutan yang bisa dipromosikan dan dikembangkan," tuturnya.
Purwanto mengatakan, dengan menjadi cagar biosfer dunia ada beberapa keuntungan yang didapatkan oleh cagar itu sendiri maupun masyarakat di sekitarnya.
Pertama, adalah keuntungan ekologi dimana sumber daya alam hayati dan budaya di dalam cagar terlindungi dan terkelola dengan baik. Kedua keuntungan ekonomi dimana pengelolaan wilayah sekitar akan dikembangkan secara berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat sekitar.
Selain itu, kata dia, ada keuntungan secara sosial budaya dan pengembangan kapasitas untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
"Ini juga akan menjadi promosi yang strategis bagi daerah karena ada 120 negara yang menjadi anggota MAB-UNESCO yang setiap tahunnya melakukan pertemuan dan sharing tentang cagar budaya biosfer," katanya.
Konsep cagar biosfer sendiri telah digagas oleh UNESCO sejak 1971 dan hingga saat ini jumlahnya mencapai 467 kawasan di 120 negara di dunia.
Sementara Bupati Abdullah Azwar Anas mendukung TN Alas Purwo dan Gunung Ijen menjadi nomine cagar biosfer. Sebab ini selaras dengan konsep ekoturisme yang diusung oleh daerah.
"Kami akan memberikan rekomendasi. Kami sangat mendukung pengajuan nomine untuk TN Alas Purwo dan Gunung Ijen sebagai cagar biosfer. Ini sejalan dengan konsep pengembangan wisata kami yang menyuguhkan lingkungan tetap lestari dan apa adanya," kata Anas.
Anas juga mendukung adanya konsep pembagian zonasi kawasan di mana terdapat kawasan konservasi dan pengembangan berkelanjutan yang memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar.
"Kami mendukung pengelolaan lingkungan yang menjaga alam tapi juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber kesejahteraan," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Kami meminta rekomendasi Pemkab Banyuwangi untuk mendukung Taman Nasional Alas Purwo dan Gunung Ijen diusulkan sebagai nomine cagar biosfer dunia," kata Direktur Eksekutif Komite Nasional Program MAB-UNESCO Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Y. Purwanto sebagaimana dikutip Humas Pemkab Banyuwangi yang diterima Antara di Banyuwangi, Kamis.
Ia mengatakan, cagar biosfer (biosphere reserves) merupakan situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerja sama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme – United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan.
Menurut dia, Salah satu syarat sebuah situs bisa dijadikan nomine adalah rekomendasi dari pemangku kepentingan terkait, termasuk pemerintah daerah di mana situs tersebut berada.
Purwanto menjelaskan, pemerintah Indonesia melalui rekomendasi dari Kementerian Kehutanan dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah memilih sejumlah situs untuk menjadi nomine cagar biosfer, di antaranya TN Alas Purwo, Gunung Ijen, TN Meru Betiri, dan TN Baluran.
"Keempat lokasi ini akan diusulkan sebagai satu kesatuan cagar biosfer yang akan dinamakan Cagar Biosfer Blambangan. Meski dijadikan satu, nantinya tidak akan ada perubahan status atas pengelolaan cagar tersebut," katanya.
Menurut dia, tidak akan ada konsekuensi terhadap status pengelolaan atau kepemilikan karena semuanya tetap seperti semula. "Dengan menjadi cagar biosfer hanya pola pikir kita yang akan berubah dalam mengelola cagar tersebut," ujar Purwanto.
Tujuan cagar biosfer, kata Purwanto, adalah menggabungkan pelestarian keanekaragaman hayati dengan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan.
Dalam cagar biosfer tiap-tiap tempat akan diberi zonasi yang terdiri atas area inti atau kawasan konservasi dengan luas yang memadai, zona penyangga atau wilayah yang mengelilingi atau berdampingan dengan area inti, serta area transisi atau wilayah terluar dan terluas yang mengelilingi atau berdampingan dengan zona penyangga.
"Area inti merupakan area konservasi yang tidak boleh diutak-atik dan ada di bawah perlindungan hukum, sedangkan zona penyangga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yang mendukung konservasi. Sementara area transisi menjadi wilayah untuk kegiatan-kegiatan pengelolaan sumber daya alam secara lestari dan model-model pembangunan berkelanjutan yang bisa dipromosikan dan dikembangkan," tuturnya.
Purwanto mengatakan, dengan menjadi cagar biosfer dunia ada beberapa keuntungan yang didapatkan oleh cagar itu sendiri maupun masyarakat di sekitarnya.
Pertama, adalah keuntungan ekologi dimana sumber daya alam hayati dan budaya di dalam cagar terlindungi dan terkelola dengan baik. Kedua keuntungan ekonomi dimana pengelolaan wilayah sekitar akan dikembangkan secara berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat sekitar.
Selain itu, kata dia, ada keuntungan secara sosial budaya dan pengembangan kapasitas untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
"Ini juga akan menjadi promosi yang strategis bagi daerah karena ada 120 negara yang menjadi anggota MAB-UNESCO yang setiap tahunnya melakukan pertemuan dan sharing tentang cagar budaya biosfer," katanya.
Konsep cagar biosfer sendiri telah digagas oleh UNESCO sejak 1971 dan hingga saat ini jumlahnya mencapai 467 kawasan di 120 negara di dunia.
Sementara Bupati Abdullah Azwar Anas mendukung TN Alas Purwo dan Gunung Ijen menjadi nomine cagar biosfer. Sebab ini selaras dengan konsep ekoturisme yang diusung oleh daerah.
"Kami akan memberikan rekomendasi. Kami sangat mendukung pengajuan nomine untuk TN Alas Purwo dan Gunung Ijen sebagai cagar biosfer. Ini sejalan dengan konsep pengembangan wisata kami yang menyuguhkan lingkungan tetap lestari dan apa adanya," kata Anas.
Anas juga mendukung adanya konsep pembagian zonasi kawasan di mana terdapat kawasan konservasi dan pengembangan berkelanjutan yang memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar.
"Kami mendukung pengelolaan lingkungan yang menjaga alam tapi juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber kesejahteraan," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015