Jakarta (Antara) - Presiden Joko Widodo menerima Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) dan meminta pimpinan ormas kemasyarakatan Islam terbesar itu untuk terus memberi masukan dan bekerja bersama pemerintah menanggulangi masalah yang dihadapi oleh bangsa.

"Kami siap melakukan kemitraan dengan Pemerintah untuk mengatasi faham-faham yang menyimpang, radikalisme dari berbagai kelompok, atau menanggulangi masalah ekonomi yang dialami oleh negara," kata Rais Amm Nahdatul Ulama KH. Maaruf Amin usai diterima Presiden Joko Widodo di Istana Presiden Jakarta, Kamis.

Maaruf Amin mengatakan, Presiden juga menyampaikan bahwa memang saat ini kondisi (ekonomi-red) negara memprihatinkan karena (pengaruh-red) kondisi global.

"Bapak Presiden mengatakan bahwa negara dalam kondisi yang memprihatinkan karena kondisi global. Karena itu upaya lebih insentif," katanya.

Sementara itu, Ketua Umum PBNU Said Agil Siraj mengatakan Presiden juga meminta PBNU terus memupuk rasa optimisme masyarakat dalam menghadapi setiap masalah bangsa.

"Saya diminta untuk menenangkan masyarakat Nahdiyin karena ekonomi yang sedang melemah. Untuk memberikan pemahaman kepada mereka, karena ini faktor ekonomi global. Harus memberikan rasa optimisme jangan sampai putus asa, Insya Allah pemerintah akan berusaha keras, dalam sebulan dua bulan," kata Said Agil Siraj.

Ditambahkannya, "Saya hanya mengharapkan kepada warga NU agar terus kerja keras, yang petani yang dagang meningkatkan kerjanya. Insya Allah tak kurang pangan dan bahan pokok, sehingga presiden akan mempertahankan harga bahan pokok dan BBM tak akan naik.Kita diminta agar memberikan pencerahan.".

Pengurus Besar Nahdatul Ulama dalam kesempatan itu juga melaporkan hasil muktamar NU yang berlangsung beberapa waktu yang lalu dan juga meminta kehadiran Presiden di Masjid Istiqlal pada 5 September mendatang untuk menyaksikan pengukuhan pengurus PBNU. (*)

Pewarta: Panca Hari Prabowo

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015