Bojonegoro (Antara Jatim)- Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan bangunan Waduk Pacal di Kecamatan Temayang, aman tidak ada yang rusak, akibat berkurangnya air di tampungan waduk.
    
"Sisa air di Waduk Pacal, hanya sekitar 400 ribu meter kubik. Tapi, tidak ada bangunan waduk yang rusak disebabkan berkurangnya air," kata Kasi Operasi UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom, Selasa.
    
Ia menjelaskan air yang tersisa di tampungan waduk sekitar 400 ribu meter kubik, masih mampu menjaga bangunan waduk tidak rusak.
    
Tapi, lanjut dia, air yang masih tersisa itu, lambat laun akan terus berkurang, disebabkan menguap.
    
"Kami tidak bisa memperkirakan kondisi bangunan waduk selama musim kemarau ini, sebab air yang tersisa lambat laut akan berkurang, karena menguap," jelas dia.
    
Ia mengakui kalau kondisi waduk kering, bisa mengakibatkan kerusakan bangunan, seperti tanggul retak.
    
Ditanya soal perbaikan bangunan pelimpas waduk, yang rusak, ia menjelaskan Balai Besar Bengawan Solo, di Solo, Jawa Tengah, sudah menyusun desain rinci perbaikan bangunan pelimpas Waduk Pacal, yang jebol, akibat banjir bandang.
    
"Balai Besar Bengawan Solo mulai membahas perbaikan bangunan pelimpas yang rusak, pekan lalu," jelas dia.
    
Oleh karena itu,ia memperkirakan pelaksanaan perbaikan bangunan pelimpas akan dilaksanakan 2016.
    
"Kalau pembahasan desain rinci lancar, maka perbaikan bangunan pelimpas akan dilaksanakan tahun depan," ucapnya, menegaskan.
    
Pantauan Antara, di tengah-tengah Waduk Pacal, yang masih ada air terdapat tanaman padi.
    
Menurut Mucharom, adanya tanaman padi di tengah-tengah Waduk Pacal, akan meningkatkan sedimen, yang masuk ke saluran pengeluaran.
    
"Kami akan menginggatkan petugas UPT di Waduk Pacal, agar melarang warga yang menanam tanaman padi di tengah-tengah waduk," ucapnya.
    
Pada awal dibangun Belanda pada 1933, Waduk Pacal mampu menampung air mencapai 42 juta meter kubik. Namun sekarang daya tampungnya menurun, hanya sekitar 17 juta meter kubik.
    
Selain, akibat  sedimen yang masuk waduk mencapai 15 ribu meter kubik per tahun, yang dipengaruhi rusaknya daerah tangkapan air di wilayah setempat, juga adanya kerusakan bangunan pelimpas. (*)


Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015