Jombang (Antara Jatim) - A'wan PBNU Mohammad Nuh menilai kepemimpinan ulama masih sentral di kalangan Nahdlatul Ulama, sehingga dinamika yang tajam bisa langsung cair saat ulama menentukan sikap.
     
"Alhamdulillah, saya bisa mengikuti muktamar sejak sebelum dibuka sampai akhir, saya menilai muktamar ini luar biasa," katanya kepada Antara setelah mengikuti sidang pleno komisi di Alun-alun Jombang, Jawa Timur, Rabu.
     
Mantan Mendikbud itu menyatakan hal luar biasa dalam Muktamar Ke-33 adalah sikap tawadhu' (rendah hati) dari pengurus tanfidziah kepada para ulama, karena mereka benar-benar memosisikan sebagai tanfidziah atau pelaksana.
     
"Jadi, walau dinamika muktamar cukup sengit sedemikian rupa, tapi begitu para ulama bersikap, maka perbedaan pandangan yang ada pun terselesaikan dengan baik. Itu berarti kepemimpinan ulama masih sentral di lingkungan NU," katanya.
     
Tanpa menyebut secara rinci, dinamika dalam Muktamar Ke-33 NU antara lain terkait dengan mekanisme pemilihan secara langsung (suara terbanyak) atau tidak langsung (AHWA) yang cukup sengit dalam penetapannya, sehingga Pj Rais Aam PBNU KH Mustofa Bisri (Gus Mus) pun "turun tangan" untuk meredam.
     
"Itu positif, karena posisi syuriah memang harus dijaga dan tanfidziah harus tunduk, meski ketundukan mereka bukan pasif, melainkan dinamis. Ketundukan yang dinamis itu berarti menerjemahkan, mengembangkan, dan memperkuat sikap para ulama di lapangan," katanya.
     
Dalam kesempatan itu, Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) yang membawahi RSI Surabaya dan Universitas NU Surabaya (Unusa) itu juga menyatakan rasa bangga saat mengikuti Sidang Komisi Program di Pesantren Darul Ulum, Rejoso, Jombang.
     
"Yang menarik, program yang direncanakan sudah dirancang menyambut Satu Abad NU (1926-2026) dengan program jangka panjang, menengah, dan pendek yakni tahunan, lima tahun, dan 10 tahun. Jadi, periode kepengurusan yang hanya lima tahun itu tetap merujuk pada perencanaan hingga 2026 itu," katanya. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015