Madiun (Antara Jatim) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Madiun, Jawa Timur, merawat satu pasien yang diduga terjangkit (suspect) difteri dan saat ini menjalani perawatan di RSUD setempat.
"Yang bersangkutan diduga atau suspect difteri. Saat ini, ia masih menjalani perawatan intensif dan dalam pemantauan tim medis RSUD Caruban Kabupaten Madiun," ujar Kepala Dinkes Kabupaten Madiun, dr Soelistyo Widyantono, kepada wartawan, Selasa.
Pasien yang dimaksud adalah HA (11), anak pasangan suami istri Surat Yusuf dan Suwarti, warga Dusun Kenep, Desa Sumbersari, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun.
"HA merupakan pasien rujukan dari Puskesmas Sumbersari, Saradan. Namun, karena ada tanda suspect difteri, maka pasien dirujuk ke RSUD Caruban," katanya.
Pasien mengalami keluhan pusing, demam tinggi, dan sakit di bagian tenggorokan. Untuk mengetahui penyakit yang diderita pasien, tim medis juga melakukan cek darah setiap hari kepada yang bersangkutan.
"Kami juga mengambil sampel usapan tenggorokan dan hidung pasien untuk kemudian dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Timur. Hasilnya masih menunggu apakah postif ataupun negatif difteri," kata dia.
Pemeriksaan sampel usapan tenggorokan dan hidung tersebut dikirim untuk memastikan kondisi pasien yang masih duduk di kelas IV salah satu SD di Desa Sumbersari, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, itu.
Hasil dari pemeriksaan usapan tenggorokan dan hidung tersebut baru akan diketahui pada empat hingga satu pekan mendatang. Selama menunggu hasil sampel, HA tetap menjalani perawatan intensif dengan penanganan suspect difteri.
Sementara, ibu kandung pasien HA, Suwarti, tidak menyangka anaknya akan sakit serius. Awalnya, HA hanya mengeluh pusing dan demam saja.
"Saya pikir demam biasa. Saat tenggorokannya sakit, saya pikir juga akibat cuaca kemarau yang kering dan panas. Setelah periksa ke puskesmas, malah dirujuk ke rumah sakit. Saya berharap anak saya segera sehat dan sekolah lagi," kata Suwarti.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun mencatat, Kabupaten Madiun pernah menyandang status KLB Difteri pada tahun 2012 lalu dengan jumlah penderita mencapai lebih dari lima kasus.
Kasus difteri di Kabupaten Madiun pertama kali muncul pada tahun 2009 yang hanya satu kasus, kemudian pada tahun 2010 dan 2011 negatif atau nihil, dan tahun 2012 ada sekitar lima kasus. Lama tidak muncul, kini di tahun 2015 kembali menangani suspect difteri. (*)
"Yang bersangkutan diduga atau suspect difteri. Saat ini, ia masih menjalani perawatan intensif dan dalam pemantauan tim medis RSUD Caruban Kabupaten Madiun," ujar Kepala Dinkes Kabupaten Madiun, dr Soelistyo Widyantono, kepada wartawan, Selasa.
Pasien yang dimaksud adalah HA (11), anak pasangan suami istri Surat Yusuf dan Suwarti, warga Dusun Kenep, Desa Sumbersari, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun.
"HA merupakan pasien rujukan dari Puskesmas Sumbersari, Saradan. Namun, karena ada tanda suspect difteri, maka pasien dirujuk ke RSUD Caruban," katanya.
Pasien mengalami keluhan pusing, demam tinggi, dan sakit di bagian tenggorokan. Untuk mengetahui penyakit yang diderita pasien, tim medis juga melakukan cek darah setiap hari kepada yang bersangkutan.
"Kami juga mengambil sampel usapan tenggorokan dan hidung pasien untuk kemudian dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Timur. Hasilnya masih menunggu apakah postif ataupun negatif difteri," kata dia.
Pemeriksaan sampel usapan tenggorokan dan hidung tersebut dikirim untuk memastikan kondisi pasien yang masih duduk di kelas IV salah satu SD di Desa Sumbersari, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, itu.
Hasil dari pemeriksaan usapan tenggorokan dan hidung tersebut baru akan diketahui pada empat hingga satu pekan mendatang. Selama menunggu hasil sampel, HA tetap menjalani perawatan intensif dengan penanganan suspect difteri.
Sementara, ibu kandung pasien HA, Suwarti, tidak menyangka anaknya akan sakit serius. Awalnya, HA hanya mengeluh pusing dan demam saja.
"Saya pikir demam biasa. Saat tenggorokannya sakit, saya pikir juga akibat cuaca kemarau yang kering dan panas. Setelah periksa ke puskesmas, malah dirujuk ke rumah sakit. Saya berharap anak saya segera sehat dan sekolah lagi," kata Suwarti.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun mencatat, Kabupaten Madiun pernah menyandang status KLB Difteri pada tahun 2012 lalu dengan jumlah penderita mencapai lebih dari lima kasus.
Kasus difteri di Kabupaten Madiun pertama kali muncul pada tahun 2009 yang hanya satu kasus, kemudian pada tahun 2010 dan 2011 negatif atau nihil, dan tahun 2012 ada sekitar lima kasus. Lama tidak muncul, kini di tahun 2015 kembali menangani suspect difteri. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015