Surabaya (Antara Jatim) - Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) Jawa Timur siap menyalurkan sejumlah alat pembuat pakan ikan kepada beberapa pembudidaya di wilayah kerjanya seiring komitmennya untuk membantu mereka menambah ketersediaan pakan ikan.

"Upaya itu, juga dikarenakan fokus kami yang tidak akan menambah jumlah pembudidaya. Apalagi, kini harga pakan ikan di pasaran kian meningkat," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim, Heru Tjahjono, di Surabaya, Selasa.

Ia mengungkapkan, kini jumlah pembudidaya di Jatim mencapai 353 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari lima hingga 10 orang.

"Keberadaan mereka, kami rasa sudah cukup. Sekarang, sumber daya manusia yang ada itu hanya perlu ditingkatkan keahliannya," ujarnya.

Penyebabnya, jelas dia, jikalau jumlah pembudidaya semakin ditambah maka ke depan tidak akan terurus dengan baik. Dengan demikian, jumlah pembudidaya yang ada saat ini perlu dibina lebih baik untuk menghasilkan panen ikan yang maksimal.

"Tentunya ditunjang dengan kemampuan mereka untuk membuat pakan ikan yang berkualitas," katanya.

Ia menambahkan, cara untuk menghasilkan panen yang maksimal bisa dengan memberikan bantuan alat. Dengan langkah tersebut, diharapkan pembudidaya bisa membuat sendiri pakan yang sesuai standar dan biaya yang lebih murah.

"Melalui bantuan alat, harga pakan ikan yang semula Rp9.000 per Kilogram turun menjadi Rp5.000 per Kilogram," katanya.

Di sisi lain, kata dia, realisasi pemberian alat pembuat pakan ikan oleh DPK Jatim mencapai 363 unit. Jumlah alat itu disalurkan sejak 2009 hingga 2015. Pada tahun 2009 disalurkan sebanyak dua unit alat. Tahun 2010 ada sembilan unit, 2011 sebanyak delapan unit, 2012 sebanyak 16 unit, 2013 ada 162 unit, 2014 sebanyak 70 unit, dan tahun 2015 sebanyak 96 unit alat.

"Meski begitu, alat itu tidak begitu saja diberikan. Kami menugaskan beberapa petugas dari Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim yang memberikan panduan agar bisa menghasilkan pakan yang berkualitas, berprotein tinggi, serta mempercepat masa panen ikan," katanya.

Bahkan, lanjut dia, pihaknya menjalin kerja sama dengan Universitas Brawijaya untuk meramu formula pembuat pakan ikan yang tinggi protein. Di samping itu, ke depan alat pembuat pakan tersebut akan semakin lengkap jika ditunjang ketersediaan alat yang dapat membuat pakan ikan secara terapung.

"Tapi, ketersediaan alat pakan terapung juga perlu dikaji maksimal karena selain harganya yang sangat mahal atau hingga Rp200 juta per alat maka pembudidaya akan dikenakan biaya lebih besar. Selain itu, alat tersebut butuh listrik dengan daya yang sangat besar," katanya.(*)

Pewarta: Ayu Citra Sukma Rahayu

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015