Tulungagung (Antara Jatim) - Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mengawasi pelaksanaan  program masa orientasi siswa (MOS) agar tidak mengenakan atribut di luar batas ketentuan serta kepatutan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
    
"Saya perlu memperingatkan hal ini karena saat pelaksanaan MOS hari pertama kemarin ada dua sekolah yang memberlakukan atribut berlebihan," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tulungagung, Suharno di Tulungagung, Selasa.
    
Ia tidak menyebutkan dua sekolah dimaksud, tapi hanya menjelaskan bahwa sekolah tersebut mewajibkan siswa baru mengikuti MOS selama tiga hari menggunakan atribut-atribut tertentu yang tidak berkaitan dengan dunia pendidikan. Salah satu atribut yang wajib dikenakan itu adalah topi dari tempat berkat plastik.
    
Topi itu dirasa tidak tepat karena tidak berhubungan dengan siswa baru maupun kegiatan belajar-mengajar.  Sekolah yang bersangkutan pun telah ditegur agar menghentikan pemakaian atribut.
    
"MOS harus bermartabat. Kasihan, mereka (siswa baru) sudah berbusana baik, rapi tapi diberi atribut yang aneh dan tak sesuai," ujarnya.
    
Pihaknya meminta setiap guru dan kepala sekolah agar mengawasi dan mendampingi langsung pelaksanaan MOS, tidak menyerahkan sepenuhnya MOS kepada kakak kelas siswa baru.

Sebab, katanya,  hal itu bisa menjadi ajang balas dendam, padahal MOS wajib bermartabat dan menghindari kekerasan.
    
Untuk materi MOS, diwajibkan mengutamakan pendidikan karakter. Misalnya kedisiplinan, sekolah bisa menggandeng TNI ataupun Polisi untuk melatih baris berbaris.  Pengenalan lingkungan sekolah, dan guru dengan  cara itu, diharapkan bisa membuat siswa baru merasa memiliki dan ikut menjaga nama sekolah.
    
"Bisa juga dengan materi pengenalan bahaya merokok, narkoba dan kenakalan remaja. Intinya, MOS harus bermanfaat dan ajang balas dendam itu harus diputus," kata Suharno menegaskan.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015