Bojonegoro (Antara Jatim) - Dinas Pengairan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, memperkirakan sekitar 170 embung dari 340 embung, yang ada di daerahnya mengering, disebabkan dimanfaatkan warga, dengan cara disedot dengan mesin pompa air, untuk mengairi areal pertanian.
    
"Warga memanfaatkan air yang ada di embung untuk mengairi areal pertanian, dengan memanfaatkan mesin pompa, sehingga dengan cepat airnya habis," kata Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pengairan Bojonegoro Retno Wulandari, di Bojonegoro, Selasa.
    
Padahal, menurut dia, pemanfaatan air di embung seharusnya hanya untuk pembasahan areal pertanian, selain memenuhi kebutuhan air baku warga, seperti memandikan hewan ternak atau kebutuhan lainnya.
    
"Meskipun airnya habis juga tidak masalah, sebab bermanfaat untuk mengairi tanaman padi, sehingga tidak terjadi gagal panen," kata dia menjelaskan.
    
Ia menyebutkan embung yang ada di daerahnya daya tampungnya rata-rata berkisar 5 ribu-10 ribu meter kubik.
     
Lebih lanjut ia menjelaskan embung lainnya yang masih terisi air, karena pihak desa mengatur pemanfaatan air hanya untuk pembasahan areal pertanian, atau untuk memenuhi kebutuhan air baku bagi warga.
    
"Pihak desa bisa mengatur pemanfaatan air di embung, sebab hampir semua embung yang ada lokasinya di atas tanah kas desa (TKD)," ucapnya.
    
Ia mencontohkan, embung yang airnya masih melimpah, antara lain, embung di Desa Mbondol, Kecamatan Ngambon, di Desa Sidomulyo, Kecamatan Kedungadem, dan Desa Kepoh, Kecamatan Kepohbaru.
    
Yang jelas, menurut dia, pemkab memprogramkan membangun 1.000 embung untuk mengatasi kesulitan air baku bagi warga di daerah yang selalu mengalami kekeringan di musim kemarau.
    
"Hambatan merealisasikan pembangunan 1.000 embung, salah satunya embung yang akan dibangun di atas tanah Perhutani belum memperoleh izin dari Menteri Kehutanan," katanya.
    
Ia menambahkan pemkab sudah pernah mengajukan permohonan izin untuk memanfaatkan tanah Perhutani di 12 lokasi, sejak dua tahun lalu.
    
"Sampai saat ini belum ada tanda-tanda izin dari Menteri Kehutanan turun," ujarnya.
     
Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan (OP) Dinas Pengairan Bojonegoro Mashadi, menambahkan air di Waduk Pacal, yang menjadi andalan waduk yang mampu menampung air sekitar 17 juta meter kubik, sekarang ini hanya tersisa sekitar 850 ribu meter kubik.
      
"Air yang tersisa tidak diperbolehkan dikeluarkan, karena untuk pembasahan bangunan waduk agar tidak rusak," tandasnya.  (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015