Tuban (Antara Jatim) - Sejumlah jamaah tahlil laki-laki dan perempuan di barat cungkup Makam Sunan Bonang di Kabupaten Tuban, Jawa Timur masih khusuk berdzikir, meskipun suara adzan magrib mulai terdengar.

Di lain tempat, sejumlah warga lokal yang berada di luar makam, yang sedang berada di serambi masjid lingkungan makam Sunan Bonang, langsung menyantap bubur Suruh, yang disediakan pengelola Makam Sunan Bonang.

"Kalau peziarah yang di makam itu warga luar daerah, tapi yang makan bubur Suruh, sebagian besar warga lokal di sekitar makam untuk berbuka puasa," kata Petugas Keamanan dan Ketertiban Makam Sunan Bonang, Ibrahim.

Ia menegaskan sejak awal Puasa Ramadhan lalu, peziarah di Makam Sunan Bonang menurun drastis dibandingkan hari-hari biasa.

"Kalau ada peziarah kebanyakan warga lokal. Jumlahnya rata-rata sekitar 50 orang per hari. Padahal kalau hari biasa, apalagi sebelum Puasa Ramadhan, jumlah peziarah ya ribuan per harinya," jelas dia, dibenarkan Juru Kunci Makam Sunan Bonang, Chumaidi.

Namun, sebagaimana disampaikan Ibrahim, jumlah peziarah dari luar daerah sekarang sudah mulai meningkat, tapi hanya pada malam hari.

"Sejak hari ini peziarah dari luar daerah mulai berdatangan, tapi kebanyakan datang malam hari," ucapnya.

Menyusutnya peziarah ke Makam Sunan Bonang --satu dari sembilan wali (Walisongo) penyebar Agama Islam di Jawa-- yang lokasinya di Kelurahan Kutoredjo, Kecamatan Kota, Tuban membawa pengaruh kegiatan puluhan pedagang makanan, juga cendera mata di kompleks makam.

"Banyak pedagang yang tutup, juga kalau buka sekadarnya," jelas seorang pedagang pakaian Hendro.

Lebih lanjut Ibrahim menjelaskan pihak Yayasan Mubarrot Sunang Bonang yang mengelola Makam Sunan Bonang terus berusaha meningkatkan fasilitas Makam Sunan Bonang sebagai usaha memberikan pelayanan yang baik kepada peziarah.

Di lokasi cungkup Makam Sunan Bonang dibangun atap dengan dana sekitar Rp1,5 miliar yang berasal dari dana peziarah dan donatur dengan ukuran 30 X 30 meter pada 2013.

Fungsi bangunan atap itu, katanya, untuk melindungi peziarah dari terik matahari, hujan, sekaligus mengamankan cungkup Makam Sunan Bonang yang asli.

Fasilitas toilet juga lokasi istirahat peziarah dibangun dengan biaya Rp550 juta pada 2014.

Oleh karena itu, kata Ibrahim, Makam Sunan Bonang memperoleh penghargaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, sebagai wisata budaya/religi yang memiliki daya tarik terbaik di Jawa Timur, pada 2014.

Dasar penilaiannya, karena jumlah pengunjungnya terbanyak dibandingkan obyek wisata budaya/religi lainnya dan tingkat kebersihan lingkungan makam.

Salah satu peningkatan yang menyolok soal kebersihan yaitu pengunjung harus menlepas alas kaki di pintu masuk, padahal biasanya alas kaki bisa masuk mendekati makam.

Dua lokasi
Sesuai catatan di Wikipedia, Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465, dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim. Dia adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Bonang adalah sebuah desa di kabupaten Rembang.

Nama Sunan Bonang diduga adalah Bong Ang sesuai nama marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel. Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M, dan saat ini makam aslinya berada di Desa Bonang.

Namun, yang sering diziarahi adalah makamnya di Kota Tuban. Lokasi makam Sunan Bonang ada dua, karena konon saat dia meninggal, kabar wafatnya dia sampai pada seorang muridnya yang berasal dari Madura.

Sang murid sangat mengagumi dia sampai ingin membawa jenazah dia ke Madura. Namun, murid tersebut tak dapat membawanya dan hanya dapat membawa kain kafan dan pakaian-pakaian dia.

Dalam Serat Darmo Gandhul, Sunan Bonang disebut Sayyid Kramat merupakan seorang Arab keturunan Nabi Muhammad.

Sesuai data di buku tamu, katanya, peziarah yang datang tidak hanya dari lokal daerah di Jatim, akan tetapi juga dari berbagai daerah seperti, Banten, Jakarta, juga luar Jawa.

"Peziarah dari luar negeri ada dari Singapura, Malaysia dan Brunai. Peziarah yang datang tidak hanya pagi atau siang hari juga malam hari sampai dini hari," paparnya.(*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015