Jakarta (Antara) - Rais Syuriyah PBNU KHA Hasyim Muzadi mengimbau kepada Nahdliyin (warga NU) agar pada 10 hari terakhir dari Ramadhan memperbanyak ibadah dan mendoakan kebaikan NU, khususnya terkait pelaksanaan Muktamar Ke-33 NU di Jombang pada 1-5 Agustus.

"Istilahnya sekaligus tirakat meningkatkan amaliah ubudiyah dan berdoa agar NU ini selamat di tengah ancaman dan tantangan yang ada sekarang ini," katanya di Jakarta, Selasa.

Hasyim menilai saat ini NU dalam kondisi rawan. Ada ancaman pembelokan asas dan akidah Islam Ahlussunah wal Jamaah dari berbagai penjuru dan upaya pembelokan NU dari khittah ideologisnya yang ironisnya justru dari kalangan dalam NU sendiri.

"Para muassis NU, seperti Hadratussyaikh Hasyim Asyari dan KH Wahab Hasbullah tegas mendirikan jamiyah NU untuk mengembangkan Islam Ahlussunah wal jamaah, bukan ahlul yang lain-lain. Lho sekarang ini kok dikembangkan paham lain dan bahkan malah menyimpanginya," kata dia.

Menurut mantan Ketua Umum PBNU dua periode itu, fenomena ini kalau hanya dilihat dengan kacamata lahiriah barangkali tidak akan tampak, sehingga diperlukan ketajaman mata batin untuk menganalisa keadaan secara lebih jeli.

"Monggo poro kiai sedoyo sami mersani secara batiniah kanti waskito. (Mari para kiai semua sama-sama melihat dengan batin secara waspada). Insya Allah akan terbuka semuanya dan kita sampai pada titik kesadaran bahwa kondisinya sudah seperti ini," kata dia.

Hasyim menambahkan bahwa Muktamar NU sebatas akan menjadi perantara, apakah kondisi NU akan menjadi lebih baik atau malah sebaliknya.

"Kalau prosesnya saja sudah mengindikasikan hal yang kurang baik, maka perlu dikhawatirkan natijah (hasilnya) juga kurang baik," kata dia.

Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam di Depok dan Malang itu mengimbau warga NU untuk berijtihad dan berikhtiar agar muktamar berjalan baik dengan hasilnya yang baik pula.

"Termasuk, ikhtiar untuk lahirnya pemimpin NU yang saleh secara perilaku organisasi maupun secara akidah, keilmuan, serta pengayoman kepada umat," tambah Hasyim.

Meski tidak disebutkan secara rinci, indikasi yang dimaksud Hasyim Muzadi terlihat dalam Komisi Organisasi, di antaranya penghilangan struktur A'wan (Dewan Pakar) dan Musytasyar (Penasihat) yang sebenarnya merupakan "jembatan" NU dengan keluarga pendiri NU. Ada juga contoh lain.

Selain itu, dalam Komisi Bahsul Masail juga ada indikasi merombak sistem pengambilan hukum agama di lingkungan NU yang diubah langsung kepada Al Quran dan Hadits, padahal NU sejak berdiri menganut empat sistem pengambilan hukum agama. Ada juga contoh lain. (*)

Pewarta: Sigit Pinardi

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015