Surabaya (Antara Jatim) - PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk Divisi Regional V Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara mengeluhkan banyaknya pemutusan kabel fiber optik (FO) di Surabaya sehingga menghambat modernisasi infrastruktur di wilayah tersebut.


"Di satu sisi Surabaya disiapkan menjadi salah satu Smart City di Indonesia. Di sisi lain, kami yang ingin mendukung program tersebut justru tidak bisa maksimal dalam merealisasi pemasangan kabel fiber optik," kata Deputy Executive Vice President Infrastructure Telkom Divisi Regional V Jatim, Bali, dan Nusa Tenggara, I Ketut Budi Utama, ditemui di Surabaya, Senin malam.


Ia mengungkapkan, pemasangan kabel fiber optik di sejumlah area memiliki manfaat besar bagi masyarakat pada era digital saat ini. Khususnya Surabaya sebagai ibu kota Provinsi Jawa Timur.


"Untuk satu helai kabel fiber optik, dapat bermanfaat bagi 32 pelanggan sedangkan ketika kami masih menggunakan teknologi lama yakni kabel tembaga maka satu kabel hanya melayani satu pelanggan. Tiap kabel yang putus, kami butuh waktu satu hingga dua jam untuk menyambungnya," ujarnya.


Sementara, jelas dia, upayanya modernisasi infrastruktur ini bukan untuk kepentingan perusahaan semata. Akan tetapi untuk memenuhi besarnya permintaan pelanggan terutama menjelang Lebaran 1436 Hijriah.


"Meski kabel fiber optik memiliki kelemahan lebih ringkih sehingga mudah putus, keberadaannya bisa melayani kebutuhan pelanggan secara triple play baik untuk kecepatan akses internet, telepon, maupun menonton televisi dari 99 saluran," katanya.


Di Surabaya, contoh dia, pemutusan kabel fiber optik terjadi di rute Kutisari. Padahal rute tersebut kondisinya sangat krusial karena jaringannya mampu mencakup Kawasan Indonesia Timur. Apabila, kabel fiber optik di rute itu putus maka dampaknya akan dirasakan pelanggan di Kawasan Indonesia Timur.


"Selain itu, juga terlihat di rute Jemursari. Mayoritas, penyebab putusnya kabel fiber optik di Surabaya karena adanya proyek pedestrian," katanya.


Di sisi lain, sebut dia, pihak Telkom sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Surabaya. Bahkan, menempatkan dua orang petugasnya agar mendekatkan diri dengan orang Bina Marga Surabaya.


"Bisa saja, di tatanan atas koordinasinya sudah baik. Namun, praktek di lapangan skenarionya berbeda dan kemungkinan besar ada salah paham antara vendor dengan mitra bisnisnya," katanya.


Oleh sebab itu, harap dia, Pemerintah Kota Surabaya dapat turun tangan dan memberikan dukungan supaya proyek modernisasi infrastruktur di kota tersebut terlaksana dengan baik dan sesuai target. Idealnya, pemerintah dapat menata berbagai infrastruktur di daerahnya sehingga tata kelimanya lebih bagus dan rapi.


"Walau begitu, kini kami sudah melakukan berbagai upaya antisipasi. Seperti melakukan pengawasan dan pendekatan dengan vendor alat berat supaya saat menggali titik yang ditugaskan direalisasi sesuai skenario awal," katanya.


Dengan modernisasi infrastruktur, lanjut dia, target pelanggan IndiHome di Jatim, Bali, dan Nusa Tenggara pada tahun 2015 bisa mencapai satu juta pelanggan. Hingga kini, realisasi pelanggannya baru mencapai 360 ribu pelanggan.(*)

Pewarta: Ayu Citra Sukma Rahayu

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015