Jember (Antara Jatim) - Sebagian pembangunan groin (bangunan penahan ombak yang menjorok dari pantai ke arah laut) yang diduga menjadi penyebab kecelakaan laut di Perairan Puger, Kabupaten Jember, Jawa Timur, sudah dibongkar.

"Kami sudah memantau di lapangan dan memang benar sebagian bangunan groin sudah dibongkar atau dikeruk," kata Kepala Bidang Perikanan dan Kelautan Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan (Disperikel) Jember, M. Cahyono, di Jember, Sabtu.

Menurut dia, pembongkaran atau pengerukan bangunan groin dan penyedotan pasir di sekitar pemecah ombak (breakwater) merupakan kesepakatan nelayan dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Provinsi Jatim.

Groin dan pemecah ombak yang terlalu panjang diduga menjadi penyebab angka kecelakaan laut di Plawangan Puger yang merupakan pintu masuk dan keluar nelayan yang akan melaut.

"Sebagian bangunan groin sudah dibongkar dari bibir sungai dengan menggunakan alat berat, namun kesepakatan lainnya yakni penyedotan pasir belum dilaksanakan," tuturnya.

Ia menjelaskan pihak Disperikel Jember bertugas melakukan pemantauan terhadap kedua kesepakatan antara nelayan, BBWS, dan DKP Jatim tersebut.

"Seharusnya alat penyedot pasir yang sudah dirakit berada di sekitar pemecah ombak dan pekerjaan menyedot pasir sudah dilakukan, namun kami belum mengetahui alasan pihak ketiga yang belum melakukan penyedotan pasir itu," paparnya.

Cahyono mengatakan alat penyedot pasir yang memiliki kapasitas hisap 6 meter kubik per menit seharusnya sudah beroperasi, namun pihaknya akan melaporkan hal tersebut kepada DKP Jatim.

"Saya menyayangkan kejadian ini karena kedua belah pihak sudah sepakat dan berjanji segera merealisasikan secepat mungkin seseuai tuntutan nelayan Puger. Eksekutor pembongkaran groin dan penyedotan pasir tersebut dilimpahkan kepada pihak ketiga," ungkapnya. 

Penyebab bangunan groin dan penambahan panjang pemecah ombak menyebabkan terjadinya pusaran di sekitar Plawangan Puger, sehingga perahu nelayan yang akan masuk dan keluar untuk melaut sering dihantam ombak dan tenggelam.

Ketua Forum Komunikasi Nelayan Puger, Imam Hambali mengatakan sebanyak 125 kecelakaan laut dan empat nelayan meninggal akibat perahunya dihantam ombak dan tenggelam di Plawangan Puger.

"Kami mendesak panjang pemecah ombak dipotong karena menyebabkan bencana bagi nelayan Puger, sehingga saat ini nelayan khawatir kalau akan melaut," katanya.

Menurutnya, tambahan pemecah ombak itu membuat jalur keluar masuk perahu di Plawangan Puger semakin dangkal, bahkan pendangkalan membuat perahu nelayan sulit melewati saat pergi atau pulang melaut.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015