Probolinggo (Antara Jatim) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) melaksanakan program bina politan budidaya ikan di tujuh kecamatan, yaitu Kecamatan Gending, Kraksaan, Sumberasih, Dringu, Paiton, Pajarakan, dan Tongas, Kabupaten Probolinggo, guna mengoptimalkan wilayah pertambakan.
"Tahun 2015 hingga 2018 kami mempunyai program bina politan di tujuh kecamatan yaitu budidaya ikan udang, bandeng, nila, kepiting dengan sistem pertambakan serta produksi garam," kata Kepala DKP Kabupaten Probolinggo, Dedi Isfandi, di Probolinggo, Kamis.
Ia mengatakan produksi ikan di masing-masing daerah bermacam-macam tergantung masa panen, seperti di Kecamatan Gending, budidaya ikan nila bisa mencapai 6 kuintal setiap panen, sedangkan untuk produkivitas garam baru dimulai pada bulan Juni dan diharapkan bisa sesuai dengan target tahun 2015.
"Tujuh kecamatan itu merupakan wilayah pertambakan yang biasanya diisi dengan bermacam-macam ikan, terkadang juga bisa hingga dua jenis ikan yang dibudidayakan di beberapa tempat, seperti udang dan bandeng, bandeng dan nila, atau nila dan udang," ujarnya.
Sementara itu, petambak budidaya ikan nila di Desa Gending, Kecamatan Gending, Sholehudin (52) mengatakan bisa menghasilkan 5 hingga 6 kuintal ikan nila ketika panen dengan harga minimal Rp12.000 per kilogram dengan memperoleh hasil penjualan sebanyak Rp7,2 juta.
"Usaha budidaya ikan nila sejak tahun 2010 dengan modal Rp550 ribu dengan memanfaatkan tambak yang sebelumnya digunakan budidaya ikan bandeng, apalagi setelah budidaya bandeng kurang maksimal terutama di musim kemarau karena perkembangannya lama, sehingga saya memelihara ikan nila yang ternyata perkembangannya lebih cepat dibanding bandeng," ujarnya.
“Dulunya saya menekuni budidaya bandeng, tetapi perkembangannya lama. Kemudian saya coba-coba ke budidaya ikan nila, ternyata perkembangannya sangat cepat. Akhirnya saya memutuskan tetap menggeluti budidaya ikan nila sampai sekarang,” ungkap pria asli Desa Pajurangan Kecamatan Gending ini.
Lebih lanjut dia mengungkapkan ia memulai usahanya dengan menebar 5 ribu benih ikan nila di sebidang petak kolamnya, steelah melihat hasil yang cukup menjanjikan itu akhirnya ia mencoba menebar benih lagi sebanyak 15 ribu ekor ke sebidang petak kolam agar hasil produksi bisa lebih banyak.
"Dari lima petak kolam yang saya miliki, hanya tiga petak kolam saja yang dimanfaatkan untuk ditebari benih. Dua petak kolam yang lain digunakan untuk tempat tanjar atau penampungan sementara ikan sebelum ditebar ke kolam,” terangnya.
Menurutnya, ia mendapatkan benih berumur 1,5 bulan dari Dinas Perikanan dan Kelautan. Sebelum ditebar, benih itu ditanjar dulu selama sebulan kemudian benih tersebut baru ditebar ke dalam kolam dengan pemberian pakan yang dilakukan dua kali sehari, seingga Setelah lima bulan sudah bisa dipanen.
“Meskipun perkembangan budidaya ikan nila ini sangat cepat, tetapi tantangannya ada pada cuaca. Jika pada musim kemarau, perkembangan ikan nila agak melambat dengan masa panen selama 6 bulan, namun jika pada musim hujan, perkembangannya cukup bagus dengan masa panen 4 bulan,” tambahnya.
Ia menuturkan budidaya ikan nila ini didapat secara otodidak, sehingga beberapa waktu lalu sempat mengalami ikan yang mati karena tidak mengetahui cara mengatur sirkulasi air, namun setelah ada pembinaan dari DKP, ia mengetahui cara mengatur sirkulasi air dengan membedakan ikan besar dan kecil serta ikan jantan dan betina.
“Setelah panen dan sebelum tebar benih lagi, saya mendapatkan ilmu untuk menaburi kolam dengan kapur supaya plankton bisa tumbuh. Sebelumnya saya tidak punya ilmu apa-apa,” tandasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Tahun 2015 hingga 2018 kami mempunyai program bina politan di tujuh kecamatan yaitu budidaya ikan udang, bandeng, nila, kepiting dengan sistem pertambakan serta produksi garam," kata Kepala DKP Kabupaten Probolinggo, Dedi Isfandi, di Probolinggo, Kamis.
Ia mengatakan produksi ikan di masing-masing daerah bermacam-macam tergantung masa panen, seperti di Kecamatan Gending, budidaya ikan nila bisa mencapai 6 kuintal setiap panen, sedangkan untuk produkivitas garam baru dimulai pada bulan Juni dan diharapkan bisa sesuai dengan target tahun 2015.
"Tujuh kecamatan itu merupakan wilayah pertambakan yang biasanya diisi dengan bermacam-macam ikan, terkadang juga bisa hingga dua jenis ikan yang dibudidayakan di beberapa tempat, seperti udang dan bandeng, bandeng dan nila, atau nila dan udang," ujarnya.
Sementara itu, petambak budidaya ikan nila di Desa Gending, Kecamatan Gending, Sholehudin (52) mengatakan bisa menghasilkan 5 hingga 6 kuintal ikan nila ketika panen dengan harga minimal Rp12.000 per kilogram dengan memperoleh hasil penjualan sebanyak Rp7,2 juta.
"Usaha budidaya ikan nila sejak tahun 2010 dengan modal Rp550 ribu dengan memanfaatkan tambak yang sebelumnya digunakan budidaya ikan bandeng, apalagi setelah budidaya bandeng kurang maksimal terutama di musim kemarau karena perkembangannya lama, sehingga saya memelihara ikan nila yang ternyata perkembangannya lebih cepat dibanding bandeng," ujarnya.
“Dulunya saya menekuni budidaya bandeng, tetapi perkembangannya lama. Kemudian saya coba-coba ke budidaya ikan nila, ternyata perkembangannya sangat cepat. Akhirnya saya memutuskan tetap menggeluti budidaya ikan nila sampai sekarang,” ungkap pria asli Desa Pajurangan Kecamatan Gending ini.
Lebih lanjut dia mengungkapkan ia memulai usahanya dengan menebar 5 ribu benih ikan nila di sebidang petak kolamnya, steelah melihat hasil yang cukup menjanjikan itu akhirnya ia mencoba menebar benih lagi sebanyak 15 ribu ekor ke sebidang petak kolam agar hasil produksi bisa lebih banyak.
"Dari lima petak kolam yang saya miliki, hanya tiga petak kolam saja yang dimanfaatkan untuk ditebari benih. Dua petak kolam yang lain digunakan untuk tempat tanjar atau penampungan sementara ikan sebelum ditebar ke kolam,” terangnya.
Menurutnya, ia mendapatkan benih berumur 1,5 bulan dari Dinas Perikanan dan Kelautan. Sebelum ditebar, benih itu ditanjar dulu selama sebulan kemudian benih tersebut baru ditebar ke dalam kolam dengan pemberian pakan yang dilakukan dua kali sehari, seingga Setelah lima bulan sudah bisa dipanen.
“Meskipun perkembangan budidaya ikan nila ini sangat cepat, tetapi tantangannya ada pada cuaca. Jika pada musim kemarau, perkembangan ikan nila agak melambat dengan masa panen selama 6 bulan, namun jika pada musim hujan, perkembangannya cukup bagus dengan masa panen 4 bulan,” tambahnya.
Ia menuturkan budidaya ikan nila ini didapat secara otodidak, sehingga beberapa waktu lalu sempat mengalami ikan yang mati karena tidak mengetahui cara mengatur sirkulasi air, namun setelah ada pembinaan dari DKP, ia mengetahui cara mengatur sirkulasi air dengan membedakan ikan besar dan kecil serta ikan jantan dan betina.
“Setelah panen dan sebelum tebar benih lagi, saya mendapatkan ilmu untuk menaburi kolam dengan kapur supaya plankton bisa tumbuh. Sebelumnya saya tidak punya ilmu apa-apa,” tandasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015