Kediri (Antara Jatim) - Mahasiswa dari kampus Politeknik Kediri, Jawa Timur, membuat karya berupa mobil  berbahan bakar alternatif yaitu memanfaatkan tenaga surya dan listrik.

Dosen pembimbing sekaligus Ketua Jurusan Teknik Mesin Kampus Politeknik Kediri Putut Jatmiko Dwi Prasetyo, Minggu mengatakan pembuatan mobil berbahan bakar alternatif itu dilakukan sebagai wujud akhir dari kegiatan belajar mengajar selama ini, terutama untuk pengembangan energi alternatif.

"Kami punya intensitas mengembangkan energi alternatif," katanya.

Untuk mobil bertenaga surya, ia mengatakan memerlukan waktu sekitar dua bulan membuatnya. Ada sejumlah mahasiswa yang dilibatkan dan mereka merangkai pembuatan mobil berbahan bakar energi matahari tersebut.

Mobil yang diberi nama "Surya Victori" ini menggunakan panel surya untuk menyimpan tenaga. Penyimpanan energi dilakukan saat panas matahari sedang maksimal antara pukul 11.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB.  Di bawah panas matahari, mobil itu bisa langsung melaju. Namun, dengan memanfaatkan panel surya, bisa menyimpan tenaga sampai enam jam.

Mobil berbahan bakar surya itu bisa melaju dengan kecepatan 30 kilometer per jam. Mobil itu juga dirancang dengan biaya produksi yang terjangkau, yaitu Rp20 juta. Beberapa bagian dari rangka mobil itu merupakan daur ulang, yaitu untuk badan mobil menggunakan fiber. Mayoritas bahan untuk pembuatan mobil dari lokal (Indonesia) dan hanya panel yang dipesan dari luar negeri.

Untuk mengurangi beban mobil, selain menggunakan fiber, badan mobil juga dibuat dalam bentuk kapsul dengan kapasitas satu orang penumpang.

Sementara itu, ia juga mengatakan untuk mobil bertenaga listrik lebih lama pembuatanya daripada yang bertenaga matahari. Mobil bertenaga surya dibuat sekitar tiga bulan dan memerlukan biaya sampai Rp60 juta.

Mayoritas mobil bertenaga surya itu juga memanfaatkan barang impor. Untuk badan mobil, dibuat dari bekas mobil Honda Accord era 1980. Mobil itu memanfaatkan delapan baterai sebagai bahan bakar.

Agus Riadi, mahasiswa tim pembuat mobil berbahan bakar listrik mengatakan beban mobil dari baterai cukup besar. Harusnya, untuk lebih ringan bisa memanfaatkan baterai litium, tapi harganya sangat mahal.

"Harga baterai litium itu sampai ratusan juta. Sementara, yang kami pakai per baterai Rp550 ribu dan butuh delapan. Ini salah satu kesulitan untuk komponen. Selain mahal, juga banyak komponen harus memesan dari luar negeri," kata Agus.

Untuk jarak tempuh, mobil berbahan bakar listrik itu juga relatif cepat, yaitu  50 kilometer per jam. Kapasitas mobil itu juga masih terbatas, yaitu dua orang saja.

Rencananya, pihak kampus juga akan terus melakukan perbaikan pembuatan mobil itu. Mereka berharap, pemerintah memberikan bantuan untuk penelitian serta pengembangan pembuatan mobil berbahan bakar alternatif itu.  (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015