Trenggalek (Antara Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek, Jawa Timur, Sabtu menggelar simulasi mitigasi bencana tsunami di salah satu kawasan pesisir daerah itu yang memiliki tingkat kepadatan hunian tinggi, yakni di Kecamatan Watulimo.


Wartawan Antara di Trenggalek melaporkan, kegiatan simulasi yang dirancang mirip bencana tsunami sungguhan tersebut melibatkan ratusan warga sekitar Desa Tasikmadu dan melibatkan lintasinstansi terkait, seperti Polri, TNI, Orari, SAR-NU, Basarnas, serta dinas kesehatan.

Simulasi dimulai dengan dibunyikannya sirine tanda bahaya bencana tsunami, yang kemudian diikuti kegemparan warga yang panik menyelamatkan diri.

Petugas dan relawan yang ada di sekitar lokasi lalu memandu warga yang terus bergerak melalui jalur evakuasi ke arah perbukitan yang lebih tinggi guna mencari tempat aman.

Setelah sampai di titik kumpul, warga bertahan hingga air tsunami yang diilustrasikan telah menenggelamkan perkampungan nelayan di Pesisir Watulimo itu mereda.

"Dengan peragaan ini, diharapkan masyarakat tahu langkah pertama apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana tsunami sesungguhnya," kata Kepala BPBD Trenggalek, Joko Rusianto usai simulasi.

Joko mengatakan, simulasi mitigasi dan penanggulangan bencana tersebut penting dilakukan untuk mengevaluasi kesiapan warga pesisir menghadapi risiko bencana tsunami.

"Tapi masyarakat sudah cukup paham kemana harus menyelamatkan diri jika terjadi tsunami," ujarnya.

Selain pesisir Watulimo, Joko mengatakan ada dua kawasan pesisir lain yang berisiko terdampak jika bencana tsunami benar-benar terjadi, yakni Kecamatan Panggul dan Munjungan.

Posisi ketiga kecamatan yang dihuni lebih dari 70 ribu jiwa tersebut menurut penjelasan Joko, sangat rentan terdampak bencana tsunami.

"Hari ini di Watulimo, lain kesempatan akan kami gelar juga di Panggul dan Munjungan," tegasnya.

Senada, Kasi Kesiapsiagaan BPBD Trenggalek, Sugeng Yanu mengapresiasi ketangkasan dan keefektifan pergerakan warga pesisir Watulimo yang cepat menyelamatkan diri ke daerah ketinggian yang dianggap aman.

Tadi berdasar evaluasi, warga hanya butuh waktu tidak lebih dari 15-20 menit untuk mengungsi ke daerah aman. "Itu waktu yang sangat cukup sebelum bencana tsunami datang," kata Sugeng.

Sementara itu, sejumlah warga mengaku terkesan dengan kegiatan simulasi tersebut.

Mereka mengaku lebih senang dengan pelatihan atau simulasi lapangan tersebut karena dianggap lebih komunikatif," ujarnya. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015