Nganjuk (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, berusaha menekan angka kematian bayi yang dilahirkan dari 327 kasus menjadi 172 kasus.
"Kami sudah ada kemajuan untuk penekanan kematian bayi. Pada 2012, kami pada angka nomor dua se-Jatim, saat ini kami pada angka nomor 16 di Jatim," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk Sugeng di Nganjuk, Jumat.
Ia mengatakan, tim Dinas Kesehatan bekerja keras guna menekan angka kematian bayi tersebut. Tim mengadakan berbagai macam pendampingan serta sosialisasi guna memberikan pengetahuan pada warga terkait dengan kehamilan sampai perawatan bayi.
Pada 2012 diketahui angka kematian bayi sampai 327 kasus, tapi jumlah itu sudah jauh berkurang. Saat ini, jumlah angka kematian bayi mencapai 172 kasus dari seluruh daerah yang ada di kabupaten ini.
Selain angka kematian bayi, Sugeng juga mengatakan angka kematian ibu juga masih cukup tinggi. Saat ini, terdata sampai 17 angka kematian ibu. Jumlah itu sebenarnya juga relatif turun jika dibandingkan dengan jumlah sebelumnya, yang mencapai 25 kasus pada 2012.
Sugeng mengatakan, banyak faktor yang terjadi dengan temuan kasus kematian bayi saat dilahirkan serta kematian ibu yang melahirkan. Beberapa faktor itu karena adanya kendala internal.
"Status kesehatan, kondisi orang tua yang beresiko tinggi ini merupakan faktor internal," ujarnya.
Selain itu, kata Sugeng adanya pengambilan keputusan yang lambat juga memicu terjadinya kematian ibu ataupun bayi saat dilahirkan. Namun, ia menolak jika kejadian itu karena kesalahan dari tim medis saja, melainkan semua yang terlibat.
Ia juga sudah memberikan pembinaan pada bidan sebagai tim medis untuk penanganan kelahiran di desa. Ia juga meminta, masyarakat pun, terutama keluarga pro aktif dengan adanya kehamilan, sebab masalag kesehatan bukan hanya menjadi pekerjaan dari tim medis, melainkan dari semua.
"Bukan keterlambatan (penanganan), tapi kadang pengambilan keputusan yang lambat," katanya.
Untuk dukun, ia mengatakan di Kabupaten Nganjuk memang masih ada dukun, namun mereka lebih dijadikan sebagai mitra yang membantu merawat bayi setelah dilahirkan dan bukan membantu saat proses melahirkan. Selain itu, jumlahnya saat ini juga cukup sedikit.
Ia berharap, dengan berbagai program tersebut, ke depan bisa lebih menekan kasus kematian ibu yang melahirkan dan bayi yang dilahirkan, sehingga angka harapan hidup di daerah ini juga lebih baik. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015