Tulungagung (Antara Jatim) - Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, meningkatkan layanan konseling untuk anak-anak TKI atau buruh migran karena mereka rentan terpengaruh perilaku negatif yang mengarah pada kriminalitas dan asusila. "Anak-anak TKI ini perlu perhatian khusus. Karena itulah LPA merasa perlu untuk meningkatkan program layanan konseling bagi kelompok ini," ujar Ketua LPA Tulungagung, Wini Isnaini di Tulungagung, Jumat. Tingginya potensi pengaruh negatif itu tidak lepas dari keberadaan para anak buruh migran ini yang kurang mendapat perhatian serta pengawasan orang tua. "Korban ataupun pelaku memang ada yang berasal dari anak buruh migran. Data sementara ada sekitar 70 persen yang terlibat kriminal," ungkapnya. Sebagian anak TKI tinggal dengan keluarga kakek atau neneknya, Hal itu menjadi persoalan karena acapkali kemampuan pengawasan dan kasih sayang yang diberikan mereka tidak seperti orang tua sendiri. Dikonfirmasi terpisah, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BPPPAKB) Tulungagung Mochammad Mastur mengatakan, unsur terpenting dalam pertumbuhan anak yakni kebiasaan dan norma yang ada dalam keluarga. Menurut Mastur, yang paling utama adalah orang tua sendiri. Tapi, karena orang tua bekerja sebagai TKI, maka diperlukan pendampingan dan pembinaan. "Ada korelasi antara anak-anak yang ditinggal sebagai TKI oleh orang tuanya, rentan terpengaruh hal kurang baik, seperti tawuran, narkoba dan hamil sebelum menikah," kata Mastur. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015