Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memiliki komitmen untuk meramaikan kembali kawasan Jalan Tunjungan sebagai ikon Kota Pahlawan, salah satunya dengan mengoptimalkan gedung Siola dan Tunjungan Center. "Ini mimpi saya sudah sejak lama. Dulu sebelum dilantik menjadi wali kota, saya punya keinginan menjadikan Siola untuk menghidupkan kawasan Tunjungan," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ketika bersilaturrahmi dengan puluhan seniman Kota Surabaya di Ruang Sidang Wali Kota Surabaya, Senin. Tri Rismaharini mengatakan sebenarnya sudah menjadi cita-citanya sejak lama untuk menjadikan salah satu aset Pemkot Surabaya tersebut sebagai salah satu pusat berkegiatan untuk menghidupkan kawasan Jalan Tunjungan. Namun, lanjut dia, gedung Siola ternyata kemudian disewakan kepada pihak swasta. Sedangkan tahun ini, kontrak sewa kelola Siola sudah habis. "Saya menunggu ini selesai. Kini kita ingin hidupkan kembali kawasan Tunjungan yang dulu menjadi kebanggaan kita tetapi saat ini seperti sudah mati," katanya. Ia menjelaskan Pemkot Surabaya telah memiliki konsep untuk meramaikan kembali Siola. Rencananya, untuk lantai bawah Siola akan ada area bagi warga Surabaya. Siola juga ditempati Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemkot Surabaya salah satunya pelayanan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) dan Dinas Budaya dan Pariwisata (Disparta) termasuk juga sebagai sentra Usaha Kecil Menengah (UKM). "Saya ingin ada street artis seperti pertunjukan musik dan pameran lukisan. Untuk perizinan, akan hidup sampai pukul 21.00 WIB. Harapannya ini juga untuk membantu menghidupkan kembali kawasan Tunjungan yang sudah mati," katanya. Rismaharini juga menegaskan ingin memiliki museum di gedung Siola. Selama ini, lanjut dia, beberapa benda antik dan bermakna historis telah dikumpulkan untuk nantinya ditaruh di museum tersebut, di antaranya brankas, mesin ketik, uang kuno, buku-buku kuno, peta, loko dari Rumah Potong Hewan (RPH), dan juga catatan akta sejak zaman Belanda yang ada di Dispendukcapil. "Saya ingin kita punya museum tentang sejarah Kota Surabaya. Untuk namanya apa museum nanti, silahkan panjenengan untuk memberi saran,"kata wali kota. Ide Rismaharini tersebut mendapatkan apresiasi positif dari para seniman Kota Surabaya. Seniman Taufik Monyong menyebut, bukan hanya Siola tetapi juga sepanjang Jalan Tunjungan, perlu untuk dihidupkan kembali. Dia menyebut selama ini telah sering membuat pagelaran seni jalanan (street art) di kawasan tersebut. "Untuk museum, saya berharap kolektor benda-benda bersejarah seperti pak Dukut atau Nanang Purwono agar mau menghibahkan koleksinya," ujar Taufik. Usulan Taufik itu langsung direspons Dukut Imam Widodo. Pemerhati sejarah ini menyatakan sangat mendukung rencana wali kota untuk menghidupkan kembali Jalan Tunjungan. Utamanya perihal rencana adanya museum. Menurutnya, selama ini di Surabaya baru memiliki museum kesehatan juga House of Sampoerna. Tetapi, belum ada museum yang merekam perjalanan sejarah Kota Surabaya. "Saya senang sekali langsung ada langkah-langkah seperti ini. Ini penting. Surabaya harus punya identitas. Surabaya tidak hanya kota Pahlawan tetapi ada banyak kearifan lokal yang menjadi ciri khas Surabaya. Itu harus ditampilkan," ujarnya. Penulis buku Hikayat Soerabaia Tempo Doeloe ini menyebut siap menyumbangkan ribuan foto-foto Surabaya Tempo Doeloe untuk dijadikan koleksi di museum tersebut. "Saya juga mengimbau agar para kolektor benda-benda khas Surabaya agar mau menyumbangkan juga," katanya. Sejarahwan dan pengamat perkotaan, Aminuddin Kasdi yang hadir dalam agenda tersebut, juga mengapresiasi rencana walikota untuk menyemarakkan kembali kawasan Tunjungan. "Ini ibarat pucuk dicinta ulam pun tiba," ujarnya. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015