Ponorogo (Antara Jatim) - Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-guluk, Sumenep, membudayakan para santri menggeluti dunia literasi dengan menekankan kebiasaan menulis setiap hari.
"Kalau tidak bisa tiap hari, minimal tiga kali seminggu," kata Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah KH M Faizi, MFil pada seminar dan peluncuran buku "Membaca dan Menggagas NU ke Depan" yang diselenggarakan Litbang Pengurus Cabang Nahdlatul Ulaa (PCNU) dan Ikatan Sarjana NU (ISNU) di Ponorogo, Jawa Timur, Sabtu.
Ia mengemukakan, para santri di salah satu pesantren besar di Madura itu juga dibiasakan membaca resume buku yang dibuat oleh para guru atau utadz sebelum mereka masuk kelas. Dalam resume itu juga dijelaskan sejumlah diksi yang diperkirakan kesulitan dicerna oleh santri.
"Jadi ketika mereka menunggu masuk kelas, mereka membaca. Nanti kalau tertarik ingin tahu lengkapnya cari di perpustakaan. Jadi bukan mengajak santri datang ke perpustakaan, tapi perpustakaan masuk kelas," kata kiai nyentrik yang dikenal sebagai penyair ini.
Penulis belasan buku, antara lain "Merentang Sajak Madura Jerman" ini
mengemukakan bahwa banyak kegiatan yang mendukung sehingga santri dan alumnus Annuqayah banyak yang menjadi penulis. Kegiatan itu antara lain pameran buku atau lomba tulisan, termasuk mereka berlomba-lomba mengirim tulisan ke berbagai media di luar pondok.
Lelaki yang selalu mengenakan sarung dan kopiah hitam, termasuk saat diundang sebagai penyair ke Jerman, ini mengemukakan bahwa dirinya memiliki kebiasaan menulis hasil perjalanan dengan menggunakan bus. Ia juga dikenal sebagai ulama yang suka bepergian dengan bus dan menjadi tokoh dalam kelompok komunitas bus.
"Biasanya saya menggunakan handphone untuk menulis atau memotret fenomena. Banyak hal yang bisa kita tulis dengan mengamati fenomena sosial itu," katanya.
Pembicara lain Pengasuh Pondok Pesantren Darut Tauhid Cirebon, Jawa Barat, KH Husein Muhammad yang telah banyak menghasilkan buku mengemukakan bahwa tugas profetik (kenabian) para ulama itu adalah pembelaan terhadap kaum duafa dan upaya menyejahterakan mereka.
"Ulama harus membangkitkan motivasi untuk kemajuan. Ini yang menggelisahkan saya karena dimana-mana umat Islam di dunia merupakan masyarakat miskin. Kalau mencari makan susah, maka untuk membaca juga susah," katanya.
Sementara Ketua Litbang PCNU Ponorogo Dr Sutejo mengemukakan bahwa penerbitan buku bersama dengan ISNU ini merupakkan otokritik dan pelecut untuk membangkitakn dunia baca tulis.
"Membaca dan menulis itu adalah tangga spiritual yang harus dibudayakan di lingkungan NU," kata budayawan muda ini. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015