Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Provinsi Jawa Timur berkomitmen menata ulang kebutuhan gula di wilayah kerjanya karena masih ditemui sejumlah permasalahan yang menghambat kelancaran distribusi komoditas itu ke masyarakat. "Konsumsi warga Jatim dengan produksi yang dihasilkan melalui pabrik gula mengalami surplus hingga 810.632 ton. Sayangnya kelebihan gula ini tidak bisa disalurkan ke luar provinsi karena membanjirnya gula rafinasi," kata Wakil Gubernur Jatim, Saifullah Yusuf, di Seminar Pergulaan, di Surabaya, Kamis. Menurut dia, kini total produksi gula dari Jatim masih mencapai 1.260.632 juta ton dan konsumsi masyarakat hanya 450 ribu ton. Sementara, saat ini sudah berdiri 11 pabrik gula rafinasi yang ada di Jawa Barat, Banten, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. "Dari 11 pabrik gula itu, tiap tahunnya mengimpor bahan gula rafinasi (raw sugar) sebesar 2,8 juta ton. Padahal, kapasitas produksi 61 pabrik gula yang ada di Indonesia dan cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar," ujarnya. Di sisi lain, jelas dia, banyaknya produksi gula rafinasi membuat gula yang harusnya hanya untuk industri justru merembes hingga ke pasaran. Apabila hal itu dibiarkan, pabrik gula di wilayah ini akan bangkrut dan petani semakin terpuruk. "Kerugian bagi petani, kian bertambah karena rendemen tebu saat ini hanya tujuh hingga delapan persen. Idealnya, rendemen minimal adalah 10 persen," katanya. Ia menambahkan, saat ini mayoritas pabrik di wilayah tersebut telah berusia 100 tahun dan rendemennya hanya tujuh persen. Dari 61 pabrik gula yang ada, 31 pabrik gula berada di Jatim. Sampai sekarang, jumlah petani tebu di Jatim mencapai 537 ribu keluarga dengan total lahan mencapai 219.111 hektare. "Masalah utama yang dihadapi para petani tebu adalah buruknya kualitas pabrik tebu. Padahal, seharusnya rendemen bisa di atas 10 persen," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015