Surabaya (Antara Jatim) - PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) mencatatkan pembiayaan Rp34,1 triliun selama tahun 2014 atau meningkat dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp33,7 triliun karena beberapa pembeli kendaraan bermotor masih meminati transaksi secara kredit daripada tunai.
"Tahun 2014 adalah tahun penuh tantangan bagi pelaku bisnis di sektor otomotif termasuk bagi perusahaan pembiayaan," kata Direktur Keuangan dan Kepatuhan Adira Finance, I Dewa Made Susila, di Surabaya, Jumat.
Apalagi, ungkap dia, situasi makro ekonomi di Indonesia ikut terpengaruh perkembangan ekonomi global. Seperti fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun 2014.
"Dampaknya, perekonomian nasional mengalami perlambatan dan memicu turunnya animo masyarakat," ujarnya.
Saat itu, jelas dia, pada umumnya mereka cenderung menunda pembelian kendaraannya. Bahkan, masyarakat lebih memilih mengalokasikan dananya untuk kebutuhan lain yang lebih penting dibandingkan membeli produk otomotif.
"Walau begitu, pada tahun 2014 kami telah melakukan serangkaian upaya untuk menghadapi meningkatnya tantangan dan risiko," katanya.
Salah satunya, tambah dia, pada tahun 2014 ini perusahaan telah mendefinisikan strategi korporasinya dengan tagline "Together We Go To The Next Level Through: Customer Engagement". Melalui strategi yang telah disosialisasikan kepada seluruh karyawan, ia optimistis tahun 2015 bisa lebih baik.
"Bahkan kami targetkan kinerja perusahaan semakin meningkat dibandingkan pencapaian selama tahun 2014," katanya.
Mengenai performa tahun 2013, sebut dia, penyaluran pembiayaan hanya meningkat empat persen menjadi Rp33,7 triliun dibandingkan pencapaian tahun 2012 sebesar Rp32,4 triliun. Hal itu terjadi karena awal tahun 2013 ada pemberlakuan peraturan uang muka minimum untuk pembiayaan berbasis syariah.
"Kemudian hal itu diikuti perubahan pada kondisi operasional dan makroekonomi pada pertengahan tahun 2013," katanya.
Seperti, lanjut dia, suku bunga acuan (BI Rate) naik sebesar 175 bps dan mengakibatkan suku bunga naik. Selain itu juga memicu meningkatnya biaya pendanaan. Di samping itu, pada waktu yang sama kenaikan harga BBM menyebabkan inflasi yang tinggi sehingga menurunkan daya beli masyarakat.
"Dengan begitu pada tahun 2013, kami telah menyumbang 34 persen dari total portofolio dan 65 persen kepada segmen kredit mass-market Bank Danamon," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015