Surabaya (Antara Jatim) - DPRD Kota Surabaya menyoroti molornya proyek pembangunan drainase menyusul hujan deras pertama kali merata di hampir wilayah Kota Surabaya, Jumat, yang mengakibatkan terjadinya genangan di mana-mana. Anggota Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kota Surabaya Vinsensius Awey mengatakan pihaknya prihatin pemkot tidak mengantisipasi musim hujan sehingga masih banyak proyek yang belum tuntas pengerjaannya, salah satunya proyek pedestrian di kawasan Jalan Raya Gubeng. "Di tempat tersebut, proyek yang dikerjakan oleh PT Cahaya Indah Madya Pratama tersebut belum kelar. Proyeknya sendiri sudah berlangsung sejak 3 bulan yang lalu," katanya. Menurut dia, bila melihat kondisinya proyek tersebut tidak akan selesai bulan ini dan sesuai target. Hal ini dikarenakan di lapangan ada 3-4 tiang PLN yang belum dipindahkan sehingga ini menyulitkan pengerjaan selesai tepat pada waktunya. Berdasarkan pantaun di lapangan, lanjut dia, pengerjaan proyek pedestrian tersebut hanya ada sekitar 7-8 pekerja yang mengerjakan proyek sepanjang jalan 400 meter tersebut. Kondisi proyek kurang mendapatkan perhatian dari kontraktor utamanya bagi para pejalan kaki, seperti ditemukan ada sebanyak 8-10 lubang bak kontrol dengan ukuran 1 x 1 x 1,5 yang tidak tertutup. Ada beberapa lubang bak kontrol yang hanya beralaskan potongan kayu kecil dan tidak tertutup rapat. "Ini jelas membahayakan para pejalan kaki yang melintasi. Belum lagi di sepanjang jalan proyek tidak ada separator (pagar pemisah antara arus lalu lintas kendaraan dengan lokasi pengerjaan proyek pedestrian)," ujar Awey. Untuk mengantisipasi banjir, kata dia, sebenarnya telah dialokasikan anggaran senilai Rp227 miliar untuk rehabilitasi saluran drainase. Namun dari alokasi anggaran yang disediakan tersebut , yang terserap hanya Rp77 milair atau sekitar 33,9 persen. Sedangkan anggaran untuk pembangunan sarana dan prasarana pematusan yang dianggarkan Rp62,5 miliar, namun hanya terserap Rp12,7 miliar atau 20 persen. Adapun untuk pengadaan sarana-prasarana pematusan dianggarkan Rp73,4 miliar dan terserap Rp28,5 miliar atau sekitar 38,2 persen. "Jadi hingga saat ini serapannya rendah sekali untuk antisipasi banjir. Melihat seperti ini, kami khawatir Surabaya akan banjir," katanya. Hal sama juga dikatakan Ketua Komisi C, Syaifuddin Zuhri. Ia mengatakan kondisi yang sama dijumpai di kawasan Jalan Genteng Besar mulai dari ujung jalan dekat Hotel Pavilion-Pasar Genteng Baru-pertigaan Hotel Weta. Pengerjaan proyek Box Culvert di pedestrian oleh kontraktor yang sama yang mengerjakan proyek di Jalan Raya Gubeng itu banyak ditemukan pemasangan box culvert yang dibiarkan tanpa ada penutupnya. Lubang bak kontrol yang tidak ada penutupnya itu hampir di semua titik yangg ada sepanjang jalan Genteng Besar. Belum lagi pengerjaan pemasangan box culvert yang terkesan tidak rapat antara satu box culvert dengan box culvert lainnya. Kondisi itu membuat beberapa rumah berpotensi roboh karena saat pengerjaan pengerukan oleh alat berat memberikan dampak pondasi rumah rentan miring. "Seharusnya ada pemasangan plat besi sepanjang pengerukan saluran sebagai tulang penompang sementara mengantisipasi robohnya bangunan," ujar Syaifudin. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014