Pamekasan (Antara Jatim) - Bupati Pamekasan, Jawa Timur, Achmad Syafii mengakui penanganan bencana alam yang terjadi di wilayah itu lambat, karena beberapa faktor. "Pertama, yang menjadi penyebabnya, karena kualitas sumber daya manusia (SDM) belum cukup memadai," kata Achmad Syafii di Pamekasan, Senin. Selain SDM, katanya, faktor kedua yang juga menjadi kendala karena keterbatasan sarana dan prasarana. Selain itu, sebagian petugas penanggulangan bencana alam belum memahani teknis penanggulangan bencana alam. Pemkab Pamekasan, katanya, terus mendorong agar petugas penanggulangan bencana alam paham akan teknik penanganan dan penanggulangan bencana, serta bisa bergerak cepat apabila terjadi bencana alam. "Upaya yang telah kami lakukan adalah meningkatkan keterampilan mereka dengan menggelar pelatihan," katanya. Kabupaten Pamekasan, kata dia, merupakan salah satu daerah di Pulau Madura yang rawan terjadi bencana alam seperti banjir, angin puting beliung, dan tanah longsor. Berdasarkan data pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pamekasan, di wilayah ini terdapat 10 dari 13 kecamatan yang masuk kategori rawan bencana alam. Ketujuh kecamatan itu antara lain Kecamatan Larangan, Kadur, Pademawu, Galis, Tlanakan, Pegantenan, Palengaan, Pakong, Pasean dan Kecamatan Batumarmar. Dari 10 kecamatan yang masuk kategori rawan bencana alam ini, dua kecamatan rawan abrasi, yakni Kecamatan Pasean dan Kecamatan Larangan. Sedangkan delapan kecamatan lainnya rawan terjadi angin puting beliung. "Sejak musim hujan ini, angin puting beliung telah terjadi di dua kecamatan, yakni Kecamatan Pegantenan dan Kecamatan Batumarmar," kata Kepala BPBD Pamekasan Budi Irianto. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014