Surabaya (Antara Jatim) - Kementerian Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) khawatir penerapan kerja sama perdagangan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015 semakin memperluas penyebaran produk hortikultura impor di pasar nasional. "Apalagi kini sudah ada indikasi bahwa pada pelaksanaan MEA akhir 2015, produk impor hortikultura diperkirakan kian besar dibanding tahun ini," kata Deputi Bidang Produksi Kementerian UKM (KUKM), I Wayan Dipta, di sela Seminar Kiat Sukses UKM Menghadapi MEA 2015, di Surabaya, Selasa. Ia mengungkapkan, setiap tahun angka impor hortikultura mengalami kenaikan. Hingga akhir tahun 2014 nilai impor hortikultura diprediksi mencapai 2 miliar dolar AS atau setara Rp23,8 triliun. "Sementara, pada tahun 2013 nilainya 1,7 miliar dolar AS atau Rp20,2 triliun," ujarnya. Di sisi lain, sampai saat ini pola konsumsi masyarakat Indonesia masih sangat tergantung dari produk-produk asing. Kondisi itu yang menyebabkan nilai impor tetap tinggi. "Kini dampak yang paling dirasakan dari membanjirnya volume impor hortikultura adalah usaha kecil menengah produk serupa," katanya. Padahal, tidak seharusnya produk hortikultura dalam negeri kalah bersaing dengan produk impor. Apabila hal itu terjadi akan berdampak negatif terhadap kinerja usaha kecil menengah di sektor pertanian nasional. "Tapi memang, sejumlah produk hortikultura bidang UMKM sudah mampu bersaing dengan produk-produk asing," katanya. Bahkan, beberapa di antaranya mampu berekspansi hingga pasar luar negeri. Contoh mangga, kopi, kakao, manggis, pisang, dan cengkih. "Indonesia juga sudah bisa menembus pasar Eropa, Asia Timur. Kini sudah masuk ke Afrika," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014