Pamekasan (Antara Jatim) - DPRD Pamekasan, Jawa Timur, meminta agar polisi mengusut hingga tuntas kasus perusakan fasilitas negara oleh Satuan Aksi Mahasiswa Revolusi (Samar) dalam unjuk rasa anarkis yang terjadi, Kamis (6/11) di pendopo pemkab setempat.
Wakil Ketua DPRD Pamekasan M Suli Faris, Jumat menyatakan, kasus perusakan fasilitas negara dalam unjuk rasa yang digelar oleh sekelompok mahasiswa itu, sudah tergolong anarkis dan tidak bisa dibiarkan.
"Oleh karena itu, polisi harus bergerak cepat, mengusut kasus itu, dan apabila kasus ini dibiarkan, itu sama dengan membiarkan terjadinya perusakahan fasilitas negera," katanya.
Suli menjelaskan, kasus perusakan fasilitas negara di kantor dan pendopo Pemkab Pamekasan itu merupakan delik umum, bukan delik aduan. Sehingga, polisi tidak perlu menunggu laporan.
"Seharusnya polisi langsung menangkap pelakunya, kemarin juga, bukan dibiarkan," kata Suli Faris.
Wakil Ketua DPRD Pamekasan Suli Faris mengemukakan hal ini, menanggapi pernyataan Kapolres Pamekasan AKBP Nanang Chadarusman yang menyebutkan, pihaknya akan memproses pelaku perusakan itu, apabila ada laporan dari pihak-pihak yang merasa dirugikan.
Sebab, saat kejadian dan saat aksi perusakan fasilitas negara itu berlangsung, sudah ada polisi.
Politikus Partai Bulan Bintang (PBB) Pamekasan ini justru mempertanyakan, sikap petugas yang tidak mau menangkap pelaku perusakan. Padahal, saat itu jumlah petugas yang mengamankan aksi lebih banyak dari jumlah aktivis LSM yang berunjuk rasa.
"Siapapun yang melakukan aksi perusakan fasilitas negara harus ditangkap, termasuk kader PBB yang memimpin unjuk rasa anarkis itu," tegas Suli Faris.
Unjuk rasa yang digelar massa Samar ke pendopo Pemkab Pamekasan yang berakhir dengan anarkis tersebut, awalnya berlangsung dengan tertib. Massa memulai aksinya dengan berjalan kaki menuju Pemkab Pamekasan dengan tujuan untuk menemui Bupati Pamekasan secara langsung.
Namun, sesampainya di kantor pemkab di Jalan Kabupaten Pamekasan, Bupati Achmad Syafii tidak kunjung menemui pengunjuk rasa, sehingga massa akhirnya menjadi emosi.
Aksi saling dorong antara pengunjuk rasa dengan petugas kepolisian Polres Pamekasan yang mengamankan aksi itu pun terjadi. Bahkan pengunjuk rasa sempat terlibat saling jotos dengan petugas Polres Pamekasan.
Kontributor Kompas-TV Achmad Baihaqi dan Indosiar Fathorrosi, bahkan sempat terkena pukulan pengunjuk rasa saat mengambil gambar bentrok antara pengunjuk rasa dengan petugas.
Tidak hanya itu saja, massa selanjutnya bergerak menuju pendopo Bupati Pamekasan di Pamong Praja Nomor 1 yang berjarak sekitar 200 meter dari kantor Pemkab Pamekasan.
Di Pendopo, massa selanjutnya melanjutkan orasinya, menuntut bupati keluar, bahkan mereka sempat menduduki Pendopo Ronggosukowati itu dengan bernyanyi diatas meja, serta memecahkan kaca.
Massa bahkan semakin emosi, karena Bupati Achmad Syafii tidak kunjung menemui pengunjuk rasa, bahkan beberapa pengunjuk rasa hendak berupaya melakukan aksi perusakan, namun dihalangi petugas.
Namun, aksi massa terhenti, setelah Kapolres Pamekasan AKBP Nanang Chadarusman datang secara langsung, memberikan arahan dan meminta massa tenang. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014