Oleh Lia Wanadriani Santosa (Penerjemah) Jakarta (ANTARA News) - Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam laman Hepatology menemukan, meminum kopi--bahkan kopi tanpa kafein--dapat melindungi hati Anda. Untuk sampai pada kesimpulan ini, para peneliti meneliti kebiasaan minum kopi dari 27.793 orang yang mengisi kuesioner diet dalam studi kesehatan nasional sejak tahun 1999 sampai 2010. Para peneliti juga mencatat empat enzim dalam darah yang menujukkan fungsi hati. Di samping itu, mereka juga mempertimbangkan faktor lain seperti usia, jenis kelamin, ras, pendidikan, konsumsi alkohol dan lainnya. Mereka menemukan, dari sekitar 14 ribu orang partisipan penelitian yang meminum kopi tiga cangkir per hari, berisiko 25 persen lebih rendah memiliki tingkat enzim di hati yang abnormal dibandingkan mereka tidak meminum kopi. Hasil ini sama pada sekitar 2.000 orang partisipan yang meminum kopi tanpa kafein. Para peneliti mengungkapkan hingga kini belum dapat menjelaskan alasan efek ini. "Ada lebih dari seribu senyawa dalam kopi. Ada beberapa kandidat, tetapi saya tak tahu mana yang berperan," ujar penulis utama studi, Dr. Qian Xiao, dari National Cancer Institute, seperti dilansir laman New York Times. Dr. Xiao mengatakan, berdasarkan temuan ini, pihaknya tidak bisa memberikan rekomendasi pada orang-orang yang bukan peminum kopi memulai meminum kopi. "Ini merupakan studi observasional dan tidak dirancang untuk menentukan sebab dan akibat. Jadi berdasarkan penelitian ini, saya tidak akan membuat rekomendasi. Tapi, merupakan jaminan kalau kopi berkafein atau tanpa kafein, tidak berbahaya bagi fungsi hati," kata dia. Kentang tak membuat Gemuk Lain halnya dengan sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of the American College of Nutrition. Studi itu mengungkapkan orang-orang dapat mengonsumsi kentang sembari menurunkan berat badannya. Untuk sampai pada kesimpulan ini, para peneliti dari University of California di Davis dan Illinois Institute of Technology, melakukan kolaborasi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang peran pengurangan kalori dan indeks glikemik dalam penurunan berat badan ketika memasukkan kentang dalam menu makanan diet. "Beberapa orang telah mempertanyakan peran kentang untuk penurunan berat badan karena tergolong makanan dengan indeks glikemik tinggi," ujar peneliti utama studi, Dr. Britt Burton-Freeman, PhD. "Namun, hasil penelitian ini mengkonfirmasi apa yang para profesional kesehatan dan ahli gizi telah katakan selama bertahun-tahun lalu : bukan tentang menghilangkan makanan tertentu, lebih tepatnya, adalah mengurangi kalori," kata Burton-Freeman seperti dilansir siaran publik AlphaGalileo. Dalam sebuah penelitian, para peneliti melibatkan sebanyak 90 orang laki-laki dan perempuan yang memiliki berat badan berlebih. Mereka ini dibagi dalam tiga kelompok, yakni kelompok yang mengurangi kalori dengan indeks glikemik tinggi, mengurangi kalori dengan indeks glikemik rendah dan kelompok kontrol tanpa pembatasan kalori. Para peneliti lalu memberikan ketiga kelompok ini kentang, resep sehat dan instruksi untuk mengkonsumsi 5--7 porsi kentang per minggu. Pada akhir masa studi selama 12 minggu, para peneliti menemukan, ketiga kelompok kehilangan berat badan dan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam penurunan berat badan antara kelompok, bahkan pada kelompok tanpa pembatasan asupan kalori. "Tidak ada bukti kalau kentang, saat disiapkan secara sehat, berkontribusi menaikkan berat badan. Bahkan, kami melihat makanan ini bisa menjadi bagian dari program penurunan berat badan, " ujar Burton-Freeman. Menurut peneliti, hasil studi ini merupakan kabar baik bagi para pecinta kentang dan setiap konsumen yang memilih makanan sehat. (Baca juga: Boeing gunakan kentang untuk uji WiFi pesawat) Satu buah kentang berukuran sedang (5,3 ons) mengandung hanya 110 kalori per porsi. Jumlah ini menawarkan lebih banyak kalium (620g) dari pisang dan memberikan hampir setengah nilai harian vitamin C (45 persen) serta tidak mengandung lemak, natrium atau kolesterol. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014