Surabaya (Antara Jatim) - Mahasiswi Program Studi Arsitektur Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya, Sylviana Putri (22), akan mewakili Indonesia dalam kompetisi "International Asian Architectural Rookie's Award 2014" di Tiongkok, 22-26 Oktober 2014. "Rabu (22/10) pukul 08.40 WIB, saya berangkat ke Tiongkok untuk bertanding dengan 27 mahasiswa dari beberapa negara di Asia. Saya akan membawa rancangan bertajuk 'Museum Wayang Pou Te Hi'," katanya di perpustakaan kampus setempat, Selasa. Didampingi rekannya dari Jurusan Teknik Mesin yang baru datang dari pertukaran pelajar di Jepang pada 15-23 September 2014, Tan Ivan Hartanto, Sylvi mengaku dirinya menjadi wakil Indonesia setelah mengalahkan sembilan mahasiswa Indonesia. "Panitia Rookie's menunjuk UI untuk melakukan seleksi tingkat nasional dan akhirnya terdaftar 10 peserta, yakni dua peserta dari UK Petra, lima dari UI, satu dari UII Yogyakarta, satu dari Universitas Bina Nusantara, dan satu peserta dari USU," katanya. Selanjutnya, juri Rookie's datang ke Indonesia untuk melakukan penilaian atas 10 nominasi itu guna ditentukan siapa yang berhak mewakili Indonesia ke kompetisi tingkat Asia di Tiongkok. "Saya bersyukur, karena akhirnya terpilih," katanya. Tentang rancangan arsitektur bertajuk 'Museum Wayang Pou Te Hi' yang memenangi kompetisi skala nasional dan dipertaruhkan dalam kompetisi skala Asia itu, Sylvi mengaku arsitektur hasil rancangannya itu merujuk pada tema lomba yakni ekspresi ruang. "Saya merancang museum yang terbuat dari sebuah kotak besar yang di dalamnya ada lima gelembung atau bulatan dengan salah satunya merupakan bulatan besar. Bangunan itu merujuk pada konsep mati dan hidup dalam wayang potehi itu," katanya. Menurut dia, wayang potehi itu berasal dari kata pou (kain), te (kantong), dan hi (boneka) yang maknanya adalah boneka dari benda mati yang seolah-olah hidup karena digerak-gerakkan oleh seorang dalang. "Nah, kotak itu merupakan bangunan yang kaku atau mati, sedangkan gelembung atau bulatan itu merupakan bagunan yang hidup atau bergerak. Kelima bulatan itu ada sebuah bulatan besar yang merupakan mini teater dan empat bulatan kecil merupakan ruang pameran," katanya. Ia menjelaskan bulan itu ada sebagian yang menonjol keluar kotak dan ditutupi kain yang bersifat tidak transparan, sedangkan ruangan lainnya bersifat transparan. "Jadi, kalau ada pergerakan orang dalam bulatan akan terlihat oleh orang lain yang ada dalam kotak (di luar bulatan), karena antarbulatan ada tangga rem yang menjadi penghubung," katanya. Sementara itu, rekannya dari Jurusan Teknik Mesin yang baru datang dari pertukaran pelajar di Jepang, Tan Ivan Hartanto, menceritakan ada 91 mahasiswa Indonesia yang mengikuti program Kedubes Jepang di Indonesia bersama Kemenristek itu. "Selama delapan hari di Jepang, kami sempat dua hari berada di Tokyo dan lima hari di Kumamoto. Di Kumamoto sendiri, kami sempay 'home stay' bersama masyarakat Kumamoto selama tiga hari dua malam," katanya. Salah seorang dari 10 persen mahasiswa berprestasi di UK Petra Surabaya itu mengaku dirinya mendapatkan tiga pengalaman berharga selama berinteraksi dengan masyarakat Jepang yakni kegigihan dalam bekerja, disiplin waktu, dan menjaga kebersihan. "Orang Jepang itu selalu rajin dan fokus pada pekerjaan, mereka juga sangat tepat waktu dan kalau terlambat akan meminta maaf berkali-kali, meski hanya tiga menit. Orang Jepang juga sangat menjadi kebersihan, meski tidak banyak tong sampah, tapi tidak akan dibuang sampai ketemu tong sampah," kata mahasiswa yang pernah mengikuti lomba turbin angin di UGM dan IEMC 2013. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014