Trenggalek (Antara Jatim) - Seorang perangkat kepala desa dari Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Puryono, nekat melakukan demontrasi tunggal di sekitar lokasi pelantikan dan pengambilan sumpah janji 45 anggota DPRD setempat, periode 2014-2019, Selasa. Mengenakan pakaian merah-putih, khas seragam SD, Puryono yang berunjuk rasa seorang diri terlihat berjalan mulai dari depan Hotel Widowati yang berjarak sekitar satu kilo dari pendopo kabupaten, tempat berlangsungnya sidang paripurna istimewa. Aksi solo mantan aktivis pergerakan yang kini menjabat sebagai Kepala Desa Karangturi, Kecamatan Munjungan, itu menarik perhatian masyarakat dan pengguna jalan sekitar. Dengan gaya uniknya, Puryono berjalan menyeret sebuah kaleng bekas yang diikatkan pada kaki kanan sembari terus berteriak menyuarakan aspirasi politiknya terhadap para wakil rakyat yang saat itu sedang mengikuti prosesi pengambilan sumpah-janji DPRD. "Saya menyerukan kepada seluruh rakyat Trenggalek agar ikut mengawal kinerja DPRD yang hari ini dilantik. Jangan sampai mereka hanya mengobral janji dan setelah itu lupa tugas dan tanggung jawabnya sebagai wakil rakyat," seru Puryono berulang-ulang. Namun upaya dia untuk masuk area sidang paripurna istimewa akhirnya terhenti di sisi selatan alun-alun Kota Trenggalek. Di situ, puluhan anggota kepolisian telah berjaga membentuk pagar betis untuk memastikan radius 500 meter dari lokasi pelantikan steril dari gangguan keamanan maupun aktivitas masyarakat selama jalannya sidang paripurna istimewa. Puryono sempat mencoba mengambil jalan mengitari alun-alun, namun kembali langkahnya dihentikan aparat kepolisian di sisi utara taman kota tersebut. "Kami mengizinkan setiap warga ataupun kelompok masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya, tapi hanya di area yang diizinkan. Tidak untuk area steril hingga radius 500 meter dari pendopo," kata Kabag Ops Polres Trenggalek, Kompol Danuri. Tak berapa lama berorasi di sisi utara alun-alun, dengan pengawalan ketat polisi, belasan aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) datang ke lokasi yang sama dan menggelar unjuk rasa serupa. Ada 12 poin tuntutan yang disuarakan kedua kelompok aksi ini, di antaranya terkait komitmen antikorupsi, netralitas dalam proses lelang/tender proyek, reformasi birokrasi, konsistensi pelaksanaan musrenbangdes, revitalisasi pasar-pasar tradisional, jaminan ketersediaan pupuk murah bagi petani, serta perbaikan infrastruktur jalan dan jembatan yang selama ini rusak parah. Aksi tunggal Puryono maupun kelompok PMII itu buyar begitu sidang paripurna istimewa dengan agenda pelantikan DPRD Trenggalek periode 2014-2019 dinyatakan selesai. Niat mereka untuk melakukan dialog langsung ataupun sekedar mendekat ke lokasi prosesi sidang/rapat paripurna istimewa tetap dihalangi petugas dengan alasan keamanan. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014