Surabaya (Antara Jatim) - Kebijakan pemerintah merevisi tarif tenaga listrik (TTL) yang ditetapkan per 1 Mei lalu menurunkan daya saing pelaku industri di Jawa Timur pada saat ini karena performa usaha mereka kian turun. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, Dedy Suhajadi mengungkapkan, kenaikan TTL untuk pelanggan kategori I3 terbuka dan I4 per dua bulan sekali membuat para pengusaha khawatir. "Untuk mengantisipasi dampak kenaikan TTL semakin buruk, kami sudah mengirimkan surat ke Kementerian ESDM melalui Kadin Pusat," ujarnya di Surabaya, Jumat. Namun, jelas dia, sampai sekarang tidak ada tanggapan dari Kementerian ESDM. Oleh sebab itu, Kadin Jatim sedang mempersiapkan gugatan yang akan diajukan ke Mahkamah Agung (MA). "Kami harap, gugatan ke MA memperoleh tanggapan positif sehingga perkembangan industri di Jatim semakin baik. Apalagi, beberapa waktu mendatang sudah diberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015," ucapnya. Mengenai penurunan performa industri di Jatim, tambah dia, sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) kinerja industri manufaktur besar di provinsi ini selama triwulan I/2014 mengalami kontraksi atau turun 4,83 persen dibandingkan pencapaian pada triwulan IV/2013. "Hal tersebut tampak pada industri farmasi dan obat-obatan yang turun 16,7 persen, industri kendaraan bermotor turun 15,4 persen, dan industri makanan turun 12,2 persen," paparnya. Selain itu, sebut dia, pada periode sama industri pengolahan tembakau turun 10,1 persen. Industri pakaian jadi turun 5,5 persen, industri karet dan barang dari karet turun 5,2 persen, dan industri kayu dan barang dari kayu turun 3,5 persen. "Lalu sektor industri bahan kimia turun 2,7 persen," ujarnya. Menyikapi penurunan performa kalangan industri di Jatim, Kepala BPS Jatim, M Sairi Hasbullah, mengemukakan, kalau dibanding triwulan yang sama pada tahun lalu maka kinerja industri besar dan sedang di Jatim justru mengalami perkembangan positif atau meningkat 11,23 persen. "Kenaikan tertinggi pada industri kayu dan barang dari kayu serta barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya yang mencapai 25,5 persen," katanya. Posisi berikutnya, lanjut dia, industri makanan naik 16,88 persen, industri karet dan barang dari karet dan plastik naik 16,77 persen, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional naik 14,94 persen, serta industri pakaian jadi naik 9,56 persen dan industri kimia dan barang dari bahan kimia naik 6,51 persen.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014