Pacitan (Antara Jatim) - Ikatan Guru Raudhatul Athfal atau IGRA Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, mengeluhkan minimnya honor guru Roudhatul Athfal atau RA di daerahnya yang hanya berkisar antara Rp25 ribu - Rp300 ribu per bulan. "Imbalan atas jerih payah mereka memberikan pendidikan dasar nilainya sangat kecil," kata Ketua IGRA Kabupaten Pacitan Fathonah, Kamis. Kondisi lebih memprihatinkan dirasakan pendidik nonpegawai di lingkup RA yang berada di pelosok-pelosok desa (pedalaman). Selain harus menempuh medan berat nan jauh, honor mereka biasanya lebih kecil dibanding pengajar RA di wilayah kota ataupun dataran. Minimnya honor yang diterima guru-guru RA tak lepas dari kondisi sosial-ekonomi masyarakat sekitar sekolah. Dampaknya, saat kemampuan bayar wali murid RA rendah, honor pendidik yang harus diterima tenaga pengajar non-PNS itu pun ikut rendah. "Tergantung kemampuan komite sekolah," ujarnya. Jumlah itu, lanjut Fathonah, tentu terpaut jauh dari upah minimum kabupaten (UMK) maupun gaji tenaga guru PNS yang rata-rata di atas Rp1,5 juta, belum termasuk pendidik berlabel sertifikasi dengan penerimaan lebih besar. Kepala Seksi Madrasah dan Pendidikan Agama (Mapenda) Kementrian Agmana Kabupaten Pacitan, M. Nurul Huda mengakui rendahnya insentif guru anggota IGRA. Peran dan tanggung jawab guru RA sebenarnya sama dengan pendidik sekolah umum yang berstatus PNS, namun soal kesejahteraan keduanya sangat timpang. "Tetapi mereka sampai saat ini belum dapat menikmati kesejahteraan yang layak," kata Huda. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, lanjut dia, pihak Kemenag Pacitan sudah menjalin komunikasi dengan Bupati Indartato, termasuk dengan Dinas Pendidikan (Disdik) maupun pihak lain terkait. "Mari hilangkan dikotomi. Karena mereka (guru RA) juga warga Kabupaten Pacitan," ujarnya. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014