Bojonegoro (Antara Jatim) - Jalanan menuju Dusun Jepang, di Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), yang aspalnya hampir semuanya mengelupas di sana-sini dipenuhi dengan kubangan air sisa hujan semalaman. Meski demikian, dusun yang dikenal sebagai komunitas Samin di daerah setempat mulai ramai dipenuhi kegiatan warga, mulai yang hanya berjalan kaki, berkendaraan sepeda motor, bahkan ada yang mengiring sejumlah sapi di jalanan. Begitu pula di tempat pemungutan suara (TPS) 10 dan 11 di dusun setempat sudah dipenuhi warga yang antre mendaftar untuk mempergunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2014, 9 April. "Cara warga di sini dalam mencoblos di setiap pemilu selalu berdasarkan gambar yang ada di tempat pemungutan suara (TPS) dan diketahui melalui TV," kata Sarwo (45), dibenarkan sejumlah warga yang sedang berkerumun di sebuah gardu di dusun setempat, Rabu (9/4). Warga, katanya, tidak ada beban dalam menentukan pilihannya dengan alasan sebagian besar warga tidak kenal langsung dengan calon legislatif (caleg) DPR RI, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten. "Soal mencoblos ya dicoblos. Wong hanya kertas saja kok," ujar warga lainnya, Wawan. Tak terlalu berlebihan warga di dusun setempat dengan berbondong-bondong mendatangi dua tempat pemungutan suara (TPS) yang dimanfaatkan pemilih mencoblos yaitu di kediaman Kepala Dusun Jepang Kastidjan dan di rumah Ketua RT Sidi. "Pilkada yang lalu juga pemilu sebelumnya pelaksanaan coblosan selalu di rumah saya," kata Kastidjan, yang juga sebagai petugas KPPS di TPS 10. Di TPS 10 tercatat sebanyak 316 pemilih, sedangkan di TPS 11 yang menempati rumah Sidi, yang juga Ketua RT tercatat sebanyak 303 pemilih. Dusun Jepang berpenduduk 214 kepala keluarga (sekitar 1.300 jiwa), lokasinya berada di tengah-tengah kawasan hutan masuk Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ngawi, yang hutan jatinya sudah berubah menjadi areal pertanian. "Kalau TPS di Dusun Jepang jelas aman. Warga di sana jujur-jujur tidak mungkin ada kecurangan pelaksanaan coblosan di sana," kata Kapolsek Margomulyo AKP Ridwan, yang melakukan patroli bersama dengan jajaran muspika memberikan gambaran coblosan di Dusun Jepang. Untuk mencapai lokasi Dusun Jepang yang menjadi komunitas "Sedulur Sikep" di Bojonegoro itu, hanya sekitar 14 kilometer apabila ditempuh dari Kabupaten Ngawi, sebaliknya, kalau ditempuh dari Kota Bojonegoro, jaraknya mencapai 70 kilometer lebih. Melihat lokasinya yang terpencil itu, sebagaimana disampaikan Hardjo Kardi (78), trah terakhir Samin Surosentiko, di dusun sempat sepi kampanye, bahkan salah seorang caleg DPR RI dari Partai Demokrat Ida Ria yang mendatangi lokasi setempat untuk kampanye tidak memperoleh sambutan warga. "Tim kampanye Ida Ria datang pagi hari bersamaan warga bekerja di sawah. Ya tidak ada penontonnya, warga enggan melihat kampanye," ujar Hardjo, dibenarkan sejumlah warga lainnya. Mencari Restu Meski sepi kampanye, menurut Hardjo Kardi, caleg DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten dari berbagai daerah di Jatim dan Jateng yang datang ke dusun setempat cukup banyak mencapai seratusan caleg lebih untuk meminta restu supaya terpilih dalam pemilu 2014. "Ya semuanya saya beri restu," ujarnya. Oleh karena itu, sebagaimana disampaikan Hardjo Kardi, dirinya tidak datang ke TPS untuk mencoblos sebagai usaha menjaga hati para caleg yang datang ke kediamannya."Coba kalau saya memilih satu parpol terus 11 parpol lainnya bagaimana?," ucapnya, dengan nada setengah bertanya. Di tengah-tengah kesibukan warga melaksanakan pencoblosan, Hardjo Kardi, justru bekerja merawat sejumlah sapinya di kandang yang lokasinya hanya beberapa meter dari TPS 11. Meski demikian, katanya, sebanyak tujuh keluarganya yang memiliki hak pilih untuk mencoblos tidak ada yang dipengaruhi untuk ikut-ikutan dirinya tidak mencoblos atau "golput". "Terserah mereka mau mencoblos atau tidak. Yang jelas saya tidak pernah memperngaruhi keluarga untuk mengikuti langkah saya tidak mencoblos," tuturrnya. Dengan berjalan kaki tujuh keluarga Hardjo Kardi termasuk istrinya Sidah (74) datang ke TPS 11 untuk mempergunakan hak pilihnya bersama dengan warga lainnya. "Kami semua sudah mencoblos," jelas Sri Purnami (34), putri Hardjo Kardi, seraya menunjukkan jarinya yang ada tinta birunya. Meskipun di dusun setempat sepi kampanye, sebagaimana dituturkan tokoh muda komunitas Samin Moch. Miran, yang pernah menjalani pendidikan Agama di Pondok Pesantren Pabelan, Magelang, sosialisasi Pemilu 2014 tetap dilakukan dari mulut ke mulut. "Saya selalu mensosialisasikan kepada warga dari mulut ke mulut agar tidak golput. Sebab, mempergunakan hak pilih merupakan kewajiban sebagai tanggung jawab sebagai warga," jelasnya. Tidak terlalu berlebihan sebagaimana diungkapkan Kepala Dusun Jepang, Desa Margomulyo, Kastidjan, tingkat kehadiran warga di dusun setempat dalam mempergunakan hak pilihnya dalam setiap pemilu selalu tinggi, bahkan bisa mencapai 80 persen lebih. "Pilkada lalu tingkat kehadiran pemilih di atas 80 persen. Saya kira Pemilu 2014 ini tidak jauh berbeda," jelas Ketua KPPS TPS 10 Sumiran, menegaskan. Padahal, menurut Hardjo Kardi, Sumiran juga Kastidjan, sama sekali tidak ada caleg yang datang menemui warga dengan memberikan imbalan uang agar warga bersedia datang ke TPS untuk mencoblos. "Kalau memang ada caleg datang memberi uang ya uangnya dibuang saja," ujar Hardjo Kardi, menegaskan. Di berbagai kesempatan Hardjo Kardi, selalu menyampaikan ajaran Ki Samin Surosentiko yang masih "diugemi", yaitu "Wong urip ora orang entuk srei, dengki, dahren lan kemiren marang sapadha-padha urip" (Orang hidup tidak boleh serakah, iri dan dengki kepada sesamanya). Meskipun Ki Samin Surosentiko sudah lama tiada, namun bekas-bekas ajarannya masih melekat di sikap warga di dusun setempat setempat, di antaranya, kebersahajaan kejujuran, juga sikap yang mudah menerima keadaaan tanpa mengeluh. Menanggapi sikap komunitas Samin, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa yang pernah bertamu ke Hardjo Kardi, mengaku kagum dengan kemandiran warga di Dusun Jepang. "Saya datang ke Mbah Hardjo Kardi karena belajar mengenai budaya menyangkut ketangguhan masyarakat dalam membangun kejujuran, dan mandiri. Bahkan, masyarakat di di sana tidak ada yang mencuri," paparnya, yang datang didampingi Bupati Bojonegoro Suyoto.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014